Hnews.id | Menjalankan bisnis berarti memperhatikan hal-hal yang sifatnya mulai dari grassroot. Dalam bisnis, sudah tidak asing didengar istilah ‘Tanggung Jawab Sosial Perusahaan’. Istilah tersebut berkaitan erat dengan etika bisnis, yang perlu untuk diperhatikan oleh perusahaan. Bisnis yang dijalankan oleh sebuah perusahaan umumnya bertujuan untuk mencari keuntungan. Namun dalam mencari keuntungan tersebut, perusahaan memiliki banyak faktor yang mempengaruhi, salah satunya dengan tanggung jawab sosial perusahaan. Berbisnis tidak hanya dilakukan dengan penerapan cara yang sudah dipahami, penyelesaian tugas dan tantangan, serta penciptaan suatu produk (Schwartz dan Gibb, 2000). Bisnis yang dijelaskan oleh Schwartz lebih kompleks, dengan adanya pemahaman cara dan integritas kemampuan, melalui penerapan sikap-sikap yang jujur serta sesuai kaidah etika, nilai, dan prinsip. Hal ini yang kemudian banyak mendorong perusahaan untuk melakukan program-program tanggung jawab sosial. Tanggung jawab sosial perusahaan ini adalah cara yang dapat membantu perusahaan untuk meminimalisir citra negatif dan memperkuat citra positif perusahaan (Ferrell et al, 2013). Tanggung jawab sosial perusahaan ini masih menjadi perdebatan. Dengan adanya tanggung jawab sosial perusahaan ini, beberapa kelompok yang memang membutuhkan bantuan dapat merasa bertemu dengan pahlawan, tetapi ada juga kelompok yang merasa perusahaan ini merupakan tokoh jahat di lingkungannya (Mallor et al, 2010).
Kelompok yang paling sering dirugikan oleh sebuah perusahaan adalah pegawainya. Dengan tujuan untuk mencari keuntungan sebesar-besarnya, terkadang perusahaan tidak memperhatikan kebutuhan dari pegawainya. Ini yang menyebabkan pada akhirnya perusahaan untuk memilih melakukan kegiatan yang sesuai standar etika bisnis yang dapat dipertanggungjawabkan (Mallor et al, 2010).
Hal tersebut kebanyakan dilakukan untuk menutupi adanya kegiatan di dalam perusahaan yang sifatnya eksploitatif, menjual produk yang tidak aman untuk kesehatan atau keselamatan konsumen, hingga produk tontonan yang tidak sesuai dengan nilai-nilai moral sosial yang diciptakan oleh perusahaan penyiaran. Tujuan lain dari dari adanya tanggung jawab sosial perusahaan ini adalah untuk menjaga citra positif para petinggi perusahaan. Hal tersebut yang menurut penulis menjadi perdebatan karena masyarakat tidak bisa benar-benar menilai apakah perusahaan secara tulus malakukan program sosial atau memang hanya untuk kepentingan pribadi perusahaan.Penulis melihat hal ini sulit untuk ditelaah karena sifat dari etika itu sendiri semu dan tidak dapat diukur.
Setiap daerah dan negara memiliki standar etikanya masing-masing sehingga sulit untuk menerapkan satu standar yang sama untuk menilai apakah program tersebut memang memberikan manfaat positif tanpa adanya kelompok yang dirugikan. Menurut Daniel Palmer (2015), hal yang dapat mengembangkan sikap rasional, menegakkan hak asasi manusia, dan menunjukkan moral adalah dengan adanya rasa hormat antara sesama manusia. Dengan adanya rasa hormat tersebut, manusia akan lebih cenderung mengambil tindakan yang sifatnya menghargai dan memanusiakan orang lain tanpa adanya kepentingan tertentu.
Mengacu pada pernyataan Palmer, penulis berpendapat bahwa perusahaan juga perlu memperhatikan program tanggung jawab sosialnya dan tidak hanya menjadikannya program untuk menjaga citra perusahaan. Penting bagi sebuah perusahaan atau organisasi untuk memperhatikan keselarasan dengan lingkungan sekitarnya. Dengan keselarasan dan integritas perusahaan dengan lingkungan sekitarnya, gesekan antara perusahaan dan komunitas sekitarnya akan semakin kecil. Setiap bisnis memang didorong dengan adanya nilai, yang mana nilai ini tidak selalu bersifat etis, tapi juga bersifat teknis (Donaldson dan Fafaliou, 2003). Nilai yang bersifat teknis ini adalah nilai yang digunakan dalam pengekspresian keterampilan dalam berbisnis. Menurut penulis, nilai teknis ini lah yang harusnya diperkuat oleh perusahaan.
Nilai etis dan nilai teknis perusahaan perlu dijalankan secara berdampingan. Alasan pentingnya untuk kedua nilai itu dijalankan bersama adalah karena sebuah perusahaan berada di suatu lingkungan yang memiliki komunitas (warga) yang kemungkinan dapat dirugikan dengan keberadaan perusahaan tersebut. Hal tersebut menyebabkan perusahaan harus perhatian dengan kelompok-kelompok yang ada di sekitarnya. Perusahaan harus memperhatikan etika bisnis ketika melakukan bisnis. Menurut Ferrell et al (2009) etika bisnis ini yang menjadi dasar perusahaan untuk menjalankan bisnisnya tetapi tetap dapat menjaga hubungannya dengan lingkungan sekitar agar mengurangi gesekan dan dapat diterima. Namun etika bisnis ini harus benar-benar dilakukan bukan hanya karena untuk mengurangi penilaian negatif. Brusseau et al (2012) mengatakan bahwa penting bagi perusahaan untuk menggunakan akal budi dalam berkegiatan di dunia ekonomi. Hal tersebut tidak lain ditujukan agar kegiatan komersial tetap berada dalam koridor yang sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma yang berkembang di masyarakat. Penulis melihat tanpa adanya rasa tanggung jawab ke masyarakat, sebuah perusahaan tidak akan beroperasi dengan lancar. Tanggung jawab sosial dan kinerja perusahaan saling berkaitan satu sama lain karena tanpa adanya tanggung jawab sosial, perusahaan tidak akan dapat beroperasi dengan lancar. Apabila tidak dapat beroperasi dengan baik dan produksi terganggu, perusahaan akan mengalami kerugian secara material yang lebih banyak. Perusahaan yang memiliki komitmen tinggi untuk program tanggung jawab sosial perusahaan, cenderung mendapatkan keuntungan bisnis yang lebih tinggi (Ferrell et al, 2013).
Selain itu menurut Kumar et al (2014) etika bisnis ini menjadi penting karena enam alasan. Alasan pertama adalah adanya kebutuhan untuk memperhatikan etika dalam melakukan korespondensi dengan masyarakat untuk mengetahui kebutuhan pokok masyarakat. Kedua, dengan etika, perusahaan akan mampu untuk membangun citra positif di mata masyarakat tanpa berusaha terlalu keras untuk mendapatkan perhatian masyarakat. Alasan ketiga lebih mengarah ke pembangunan internal perusahaan. Dengan etika, diharapkan antar pegawai perusahaan dapat membentuk nilai bersama untuk menciptakan keselarasan di internal perusahaan demi tercapainya tujuan perusahaan. Selain dari sisi pegawai, alasan keempat pentingnya etika ini adalah agar pemimpin perusahaan dapat menghasilkan kebijakan yang menguntungkan untuk perusahaan dan tidak merugikan bagi kelompok lain. Alasan kelima adalah alasan yang sudah penulis sebutkan sebelumnya, yaitu etika dan keuntungan perusahaan berjalan selaras. Perusahaan dengan komitmen yang tinggi untuk masyarakat akan lebih mudah untuk mendapatkan perhatian dan kepercayaan dari pihak-pihak yang menjadi target perusahaan maupun orang-orang di internal perusahaan. Alasan terakhir adalah etika dapat membantu menangani permasalahan yang tidak dapat diselesaikan dengan hukum. Ada masa ketika hukum tidak dapat digunakan untuk memberikan perlindungan untuk masyarakat, begitu pula dengan pemerintah.
Upaya yang dapat dilakukan oleh perusahaan untuk menerapkan tanggung jawab sosial perusahaan sedikit terhalang dengan sulitnya mendefinisikan etika itu sendiri. Penulis melihat adanya arti dan standar yang berbeda-beda dari etika ini menyebabkan perusahaan harus mampu beradaptasi dan mau menerima pendapat dari lingkungan sekitar perusahaannya berada. Terutama perusahaan internasional yang masuk ke negara lain. Nilai yang diterapkan negara asal perusahaan kadang berbeda dengan nilai yang ada di negara tujuan. Terdapat tiga dasar etika yang dapat diterapkan oleh perusahaan untuk mengimplementasikan tanggung jawab sosial perusahaan dengan baik menurut Cateora et al (2010). Dasar pertama adalah pentingnya justice of fairness, yang berkaitan dengan pertimbangan mengenai tindakan yang diambil apakah sudah sesuai dan menghormati nilai keadilan dan kesetaraan untuk semua pihak yang terlibat. Penulis melihat dasar ini dapat dititikberatkan pada rasa hormat dan menghargai yang harus dimiliki oleh perusahaan terhadap orang-orang atau komunitas yang ada di sekitar lingkungan perusahaannya. Dasar selanjutnya, adalah utilitarian ethics, yang mempertimbangkan optimalisasi kebaikan bersama dan keuntungan pihak-pihak yang terlibat. Ini dapat diartikan terlepas dari kewajibannya untuk menjaga hubungan dengan masyarakat, perusahaan juga tetap harus memperhatikan kebaikan dan keuntungan yang didapatkan semua pihak.
Dasar terakhir juga mempertimbangkan pemenuhan hak-hak, namun sifatnya lebih individu. Perusahaan perlu memperhatikan hak-hak setiap individu yang terlibat dalam kegiatan bisnisnya, yang mana ini disebut dengan rights of the parties. Selain itu, terdapat lima dimensi yang perlu diperhatikan oleh perusahaan dalam melakukan tanggung jawab sosial perusahaan (Dahlsrud, 2007, dalam Zrinyi, 2016). Dimensi pertama yaitu dimensi lingkungan, yang mana dimensi ini digambarkan sebagai bentuk andil perusahaan dalam mewujudkan dan menjaga lingkungan yang bersih dan sehat. Dimesi kedua adalah dimensi ekonomi. Pada dimensi ini dijelaskan bahwa kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan diharapkan mampu membantu menggerakkan roda ekonomi. Dimensi selanjutnya adalah dimensi sosial, yang menjelaskan pentingnya partisipasi perusahaan dalam membantu peningkatan kemampuan masyarakat. Dimensi keempat adalah kesukarelaan perusahaan, di mana semua kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan didasarkan pada etika, yang diimplementasikan oleh pihak-pihak terkait secara bebas dan tidak berdasar hukum, tetapi tetap berada dijalur yang sesuai. Dimensi terakhir adalah pemangku kepentingan. Pemangku kepentingan ini diartikan sebagai kapasitas dan efisiensi perusahaan dalam menjalin hubungan dengan karyawan, konsumen, pemasok, hingga masyarakat umum.
Dari penjelasan di atas, penulis menyimpulkan bahwa kegiatan bisnis harus memperhatikan etika. Etika ini berfungsi untuk menjaga relasi perusahaan dengan pihak-pihak disekitarnya terutama masyarakat. Pada definisinya, etika tidak sama di setiap tempat. Tiap Negara atau daerah memiliki nilai dan norma kepercayaannya masing-masing. Nilai dan norma yang berbeda-beda ini yang menyebabkan perusahaan sulit untuk mengatur program tanggung jawab sosialnya.
Pada dasarnya program tanggung jawab sosial perusahaan ini masih ada dalam perdebatan. Adanya kemungkinan perusahaan melakukan tanggung jawab sosial ini hanya untuk menciptakan dan menjaga citra baik perusahaan. Ini yang mempersulit masyarakat menilai intensi perusahaan. Namun tidak menutup mata bahwa perusahan memang perlu untuk mengadakan program ini. Dengan program ini perusahaan akan mampu membangun kepercayaan baik di internal perusahaan maupun eksternal. Kepercayaan yang terbangun dengan baik akan mampu meningkatkan keuntungan perusahaan, ini yang disebut dengan hubungan nilai etika dan nilai teknis perusahaan. Untuk menerapkannya, terdapat upaya-upaya yang harus diperhatikan, seperti justice of fairness, utilitarian ethics, rights of the parties. Selain itu ada dimensi yang juga dapat dijadikan acuan untuk perusahaan dalam mengupayakan penerapan program tanggung jawab sosial. Dimensi-dimensi tersebut adalah lingkungan, ekonomi, sosial, kesukarelaan, dan pemangku kepentingan.