Hnews.id | Indonesia memasuki era baru demografi, biasa disebut era bonus demografi yakni perubahan struktur umur penduduk yang ditandai dengan menurunnya rasio antara jumlah penduduk nonproduktif (usia kurang dari 15 tahun dan 65 tahun ke atas) terhadap jumlah penduduk produktif (usia15-64 tahun). Bonus demografi pada dasarnya tidak terlepas dari generasi milenial (Kemenppa, 2018), Nah nantinya generasi milenial akan sangat berperan besar di era bonus demografi. Diprediksi tahun 2020 hingga tahun 2030 Indonesia akan mencapai usia produktif sebesar 70% dari total penduduk Indonesia (Sebastian, Amran, dan Youth Lab, 2016). Hal ini dapat menjadi sebuah kemajuan apabila generasi millennial sebagai generasi dengan jumlah terbesar dapat mengelola kepemimpinannya dengan baik.
Generasi milenial mesti berperan atas semua sektor yang ada di Indonesia. Generasi milenial diharapkan untuk memegang kendali atas roda pembangunan, baik di bidang perekonomian maupun bidang lain, yang diharapkan mampu membawa Indonesia ke arah yang lebih maju. Generasi milenial akan mendominasi era digitalisasi sekarang ini, sudah pasti situasi kepemimpinan akan banyak dipengaruhi oleh individu individu dari generasi milenial. Bisa kita lihat seperti saat ini, generasi milenial terlihat mendominasi kepemimpinan di Indonesia sehari-hari. Itu akan terlihat dengan jelas di tahun 2025 bukan tidak mungkin akan banyak sektor-sektor akan didominasi oleh generasi milenial.
Generasi millenial sering disebut-disebut dengan generasi yang menyukai kebebasan seperti kebebasan belajar, kebebasan bekerja, terlebih lagi kebebasan berbisnis. Dengan kemampuan dan kepercayaan yang tinggi, generasi millennial mampu bekerja kreatif dan selalu mempunyai energi positif dalam berbagai bidang usaha rintisan (Cullen et al, 1999). Pergolakan dan tantangan di era sekarang ini, tentunya pemimpin yang ada akan menyesuaikan dengan perkembangan saat ini. Erkutlu tahun 2011 menjelaskan gaya kepemimpinan yang populer pada generasi millennial identik dengan karakter berani, inovatif, kreatif, dan modern. Munculnya beragam gaya kepemimpinan akan menunjukan perilaku generasi millenial, dan hal ini tidak terlepas dari sikap kepemimpinan yang dimiliki.
Generasi milenial berproses mewarnai kehidupan di Indonesia sebagai motor penggerak di berbagai perusahaan, pemerintahan, dan gerakan sosial lainnya. Sebagai contoh di bidang pendidikan, Risa Santoso (27 tahun), membuat sejarah baru Indonesia sebagai rektor termuda di Indonesia, dengan menjadi Rektor Institut Teknologi Bisnis Asia Malang. Selain itu, ada Riki Saputra (36 tahun) yang diberi kesempatan menjadi Rektor Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat periode 2019-2023. Kabinet Indonesia Maju juga telah menunjuk salah satu generasi milenial menjadi Menteri Pendidikan Kebudayaan dan Riset Teknologi (Mendikbudristek), yakni Nadiem Makarim (35 tahun) sebagai menteri termuda di Indonesia. Selanjutnya pada bidang politik generasi milenial Muhammad Nur Arifin (28 tahun) menjadi Bupati Trenggalek, Jawa Timur periode 2019-2024. Ia pun tercatat sebagai bupati termuda di Indonesia, dan masih banyak lagi generasi milenial yang sukses dan sedang berproses menjadi seorang pemimpin.
Seperti yang diketahui pemimpin dari generasi milenial memiliki pendekatan yang khas. Digitalisasi membuat para generasi milenial untuk tidak lagi bekerja dan bertindak secara konvensional. Mereka juga lebih memperhatikan hasil. Milenial tidak percaya produktivitas harus diukur dengan jumlah jam kerja di kantor, tetapi dengan output pekerjaan yang dilakukan dan dihasilkan (Price W.Cooper,2012). Neil Howe dan William Strauss (2000) juga mengungkapkan, generasi milenial menjadi generasi yang peduli pada masalah-masalah sosial. Para generasi milenial ini dapat berkontribusi dan memperkuat penyelenggaraan lembaga-lembaga sipil dan negara.
Akhirnya, dengan kehadiran pemimpin dari generasi milenial ini, penulis berharap akan mampu menjadi asset bangsa yang membawa perubahan dan kemajuan dalam berbagai sektor kehidupan Indonesia.