Hnews.id | Dunia saat ini, termasuk Indonesia sedang dilanda pandemi Covid-19. Penyakit Covid-19 yang disebabkan coronavirus semakin menjadi-jadi. Pandemi Covid-19 mengancam jutaan nyawa. Banyaknya korban mulai yang sakit bahkan sampai meninggal dunia. Tidak dari kalangan dewasa, tetapi anak-anakpun terkena imbas dari pandemik ini. Diantaranya juga banyaknya tenaga kesehatan yang berguguran karena pandemi covid-19.
Dengan situasi sekarang maka peran pemimpin sangat urgen, untuk segera melakukan tindakan mengurangi dan mengendalikan pandemi Covid-19. Memburuknya wabah virus Corona mengharuskan pemerintah mengambil sikap. Dalam upaya menangani wabah virus Corona yang semakin meluas, pemerintah menganjurkan masyarakat untuk menerapkan social distancing atau pembatasan sosial. Social distancing merupakan salah satu langkah pencegahan dan pengendalian infeksi virus Corona dengan menganjurkan orang sehat untuk membatasi kunjungan ke tempat ramai dan kontak langsung dengan orang lain. Kini, istilah social distancing sudah diganti dengan physical distancing oleh pemerintah. Ketika menerapkan social distancing, seseorang tidak diperkenankan untuk berjabat tangan serta menjaga jarak setidaknya 1 meter saat berinteraksi dengan orang lain, terutama dengan orang yang sedang sakit atau berisiko tinggi menderita COVID-19.
Kepemimpinan tidak selalu berhubungan dengan posisi atau jabatan tertentu, tetapi sudah melekat dan dikaitkan pada kemampuan diri seseorang untuk mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan bersama. Kepemimpinan setidaknya melibatkan kegiatan atau serangkaian tindakan untuk tercapainya tujuan, adanya unsur yang mempengaruhi dan unsur yang dipengaruhi. “Pemimpin dan kepemimpinan adalah suatu proses untuk mempengaruhi sekelompok yang terorganisir untuk bekerjasama yang baik demi mencapai tujuan bersama” yang diungkapkan oleh Schmidt (Gregory Stone, 2004). Ada 3 faktor yang mempengaruhi gaya kepemimpinan yaitu: 1. latar belakang pengetahuan dan pengalaman seseorang dalam pemimpin; 2. adanya kematangan, keinginan, kemandirian, kebebasan bertindak oleh bawahan untuk mendapatkan tanggung jawab serta wewenang; dan 3. tekanan waktu dan sifat tugas yang diberikan, serta kenyamanan dari kelompok kerja dalam situasi lingkungan tertentu.
Kepemimpinan birokratif pada masa ini, bisa menjadi alternatif untuk mendukung langkah dalam mengurangi pandemi. Gaya kepemimpinan birokratif ini menurut hemat penulis cocok dan bisa menjadi salah satu gaya kepemimpinan di era pandemi Covid-19, karena gaya kepemimpinan ini berfokus kepada para pemimpin di pusat. Jadi para pemimpin di pusat fokus pada kebijakan bagaimana, dan perlu adanya ketegasan dari para pemimpin di pusat. Dengan keputusan yang bijak berdasarkan berbagai pendapat, bawahan harus mengikuti keputusan para pemimpin di pusat. Contohnya pemerintah ambil kebijakan lockdown dengan social distancing. Para pemimpin di daerah tentunya akan mengikuti intruksi keputusan tertinggi tersebut, karena sistem kerja vertikal dari atas hingga bawah. Jadi upaya pengendalian pandemi ini harus dilakukan secara menyeluruh, saling kerjasama.
Para pemimpin di daerah mesti punya strategi yang jitu dalam menerapkan seluruh kebijakan yang sudah diambil baik berdasarkan dari instruksi para pemimpin di pusat ataupun kebijakan yang sudah disepakati bersama para pemimpin di daerah, dalam rangka mengeliminasi penularan wabah pandemi Covid-19 ini. Jaga terus kesehatan dan salam sehat.