Hnews.id | Pandemi Covid-19 merebak di Benua Asia tepatnya di Wuhan Negara China akhir 2019 sampai saat ini sudah menyebar keempat Benua seperti; Amerika, Afrika, Eropa dan Asia tentunya. Beberapa efek dari adanya wabah ini tentunya pelayanan kesehatan di semua negara menjadi sorotan dunia dalam semua pemberitaan, dari mulai update jumlah pasien terkonfirmasi positif, jumlah pasien yang meninggal, jumlah pasien yang terdata sembuh bahkan jumlah tenaga kesehatan yang tertular dan dinyatakan meninggal.
Semua peradaban yang telah dilakukan manusia berabad-abad berubah drastis di masa pandemi Covid-19 ini. Peradaban dalam budaya dan kehidupan sosial bagaikan terpagari tembok tinggi yang kokoh. Kehidupan sosial terbatasi oleh Protokol Kesehatan sebagai atribut wajib dan tatalaksana baru di Era Pandemi Covid-19. Begitu juga perniagaan yang merupakan mata pencaharian rakyat harus terbentur dengan aturan, baik Peraturan Presiden atau Peraturan Daerah di masing-masing wilayah. Perniagaan mulai beralih ke Sistem Perniagaan tanpa tatap muka secara langsung, yang lebih beken terkenal dengan istilah pergadangan elektonik atau perdagangan online melalui internet. Sering juga disebut dengan istilah e-commerce yang dapat dilakukan melalui media televisi dan telepon. Ternyata di Abad ke-21 inilah semua manusia melewati perniagaan di alam maya. Ini adalah kondisi dunia khayalan di zaman dahulu kala, di masa semua manusia melalukan rutinitas perniagaan dengan tatap muka dan ijab kabul sebagai sahnya prosesi pembelian. Tidak ada lagi canda tawa antara pedagang dan pembeli dalam aktifitas tawar-menawar, yang terkadang penawaran yang di ajukan tidak masuk diakal, terutama dilakukan oleh para ibu-ibu penguasa pasar tradisional yang jago dalam tawar menawar.
Aktivitas perdaganan online mulai merangkak naik sejak anjuran pemerintah untuk Stay at Home, konsekuensinya aktivitas perdagangan move on ke e-commerce. Data statistik top 10 e-commerce di Indonesia kuartal I 2020 yang dilansir oleh TEMPO.CO yang di rajai oleh e-commerce Shopee sebanyak 71,53%. Dampak dari merambahkan aktifitas perdagangan online sebagai bentuk fasilitas yang memudahkan masyarakat dalam berniaga adalah timbulnya sampah online. Apakah itu sampah online?, yakni barang yang dihasilkan dari kegiatan perdagangan online seperti kardus, plastik, bubble wrap sterofom dan selotip. Hal ini menjadi hambatan, dan itu akan menjadi PR bagi Dinas Kebersihan setempat untuk pengelolaannya. Dari data riset Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) pada bulan April-Mei 2020, di dapatkan data bahwa sebagian besar sampah plastik bertambah di masa pembatasan sosial, dengan banyaknya aktifitas masyarakat melakukan belanja secara online. Data dari Direktorat Pengelolaan Sampah Ditjen PSLB3 KLHK dalam diskusi dari daring jurnalis di Jakarta tanggal 11 Januari 2021, dikatakan bahwa 96 persen paket belanja online menggunakan sampah plastik. Informasi tambahan dari Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) menyebutkan, bahwa timbunan sampah di Indonesia di 2020 mencapai 67,8 ton. Pertumbuhan jumlah penduduk juga diperkirakan akan membuat jumlah ini terus meningkat.
Kondisi penumpukan sampah online akan semakin berdampak terhadap produksi sampah plastik. Sudah dapat diperkirakan semua aktivitas kita selama Pandemi ini, banyak melalui perdagangan online dari mulai belanja kebutuhan dapur, pakaian, kosmetik, pernak-pernik rumah sampai kebutuhan makanan dan minuman siap saji. Penulis berharap ada pemikiran cerdas untuk para e-commerce dalam melindungi semua barang kirimannya supaya tetap aman terkendali sampai ke konsumennya. Cobalah beralih dari penggunaan sterofom diganti dengan kotak plastik yang serbaguna, sehingga konsumen dapat mere-use kembali dan digunakan untuk menyimpan pernak-pernik kecil di rumahnya. Mengganti bungkus plastik atau kresek dengan bahan plastik yang dapat di daur ulang. Dengan upaya-upaya kecil seperti itu, menurut hemat penulis di jamin akan menurunkan sampah online yang susah terurai secara signifikan. Satu kali kita berbelanja online, maka satu kali juga kita menyumbang sampah. Jadi…silahkan dikalikan sendiri berapa Ton sampah sudah kita sumbangkan untuk NKRI tercinta ini. Yang terpenting berfikir bijak dalam berbelanja. Mulailah dengan berhemat dan cermat dalam berniaga, kita bisa tetap onsite berniaga dengan menjalani ProKes, dan kita tetap sehat. Bye..bye Covid-19. Kami Kuat…Kami Sehat.