Stimulasi Optimal Anak dan Proses Komunikasi

Gadget pada Anak via https://www.qureta.com

Hnews.id | Seperti yang kita ketahui bersama, bahwa di dalam pergaulan sehari-hari butuh proses komunikasi yang baik dan benar, agar lawan bicara bisa memahami apa yang dibicarakan oleh kita, termasuk anak-anak kita. Anak-anak seharusnya bisa memberikan respon yang baik terhadap komunikasi yang kita sedang lakukan padanya. Namun tidak semua anak-anak yang dapat memberikan respon yang baik ketika berkomunikasi dengan lingkungan sekitarnya. Ada beberapa anak yang sulit untuk memahami, merespon, ataupun berkomunikasi dengan teman sebayanya. Dan pastinya orang tua maupun orang terdekat dari anak-anak pun tidak ada yang menginginkan anaknya mengalami hal seperti itu.

Nah, kalau saja ada anak kita terlihat tidak mampu merespon komunikasi dari teman sebayanya ataupun dari lingkungan sekitarnya, apa saja kemungkinan yang menjadi penyebabnya?. Banyak hal yang bisa terjadi dan banyak pula kemungkinannya. Salah satu yang menjadi tren saat ini adalah anak sudah dikenalkan kepada screentime sejak dini atau sejak masih bayi. Banyak pro dan kontra dari pemberian gadget sejak dini kepada anak. Ada yang membanggakan anaknya setelah menonton via online sejak dini, sudah mampu berkomunikasi dengan menggunakan Bahasa Inggris, ada pula yang karena sudah sering diberikan gadget mengalami keterlambatan bicara. Jika dilihat dari tujuan memberikan tontonan kepada anak, tujuannya agar anak bisa diam dan tenang saat orang tua sedang sibuk maupun agar anak mau duduk tenang saat sedang makan atau tidak berlarian di dalam rumah.

Seperti kita tahu, bahwa pada hakikatnya anak masih membutuhkan ruang gerak yang banyak untuk mematangkan tumbuh kembangnya. Jika gadget sudah diperkenalkan sejak dini, hanya ada satu kemungkinan yang akan didapat oleh si anak, yaitu memahami saja tanpa melakukan komunikasi. Padahal yang diharapkan oleh orang tua dan lingkungannya adalah aktif berkomunikasi. Maka tidak jarang ditemukan, seorang Ibu merasa bahwa anaknya bisa memahami segalanya tetapi tidak mau berbicara ketika menginginkan sesuatu, atau apa yang telah dialami oleh anaknya.

WHO sudah memperingatkan, ketika anak di bawah usia 2 tahun tidak diperbolehkan untuk melakukan screen time. Mungkin banyak yang sering mendengar golden time dari perkembangan anak. Maksudnya adalah sepanjang 1000 hari pertama kelahirannya, dan pernyataan tersebut adalah benar adanya. Oleh karena itu, sudah seharusnya berikan stimulasi yang sebanyak-banyaknya kepada anak, agar tumbuh kembangnya menjadi lebih optimal.

Dari hal-hal di atas, jelas para orang tua tentunya tidak ingin anak-anaknya tidak tumbuh kembang secara optimal. Lalu bagaimana caranya? Hal yang paling penting adalah mesti orang tua punya komitmen yang besar, untuk bisa memberikan stimulasi yang optimal bagi anak. Oleh karena itu, pahami terlebih dahulu hal sederhana saat ingin memberikan stimulasi kepada anak.

Beberapa tips berikut ini perlu dilakukan diantaranya;

Pertama, orang tua dalam kondisi yang baik, baik dari segi pikiran, badan, atau hal lainnya, karena tidak menutup kemungkinan, ketika orang tua tidak dalam kondisi yang baik, maka akan berdampak kepada saat sedang bersama anak. Entah akan merasa tidak sabar, memandang anak selalu tidak bisa melakukan hal yang harusnya sudah bisa dilakukannya, dan hal lain yang tidak diinginkan. Tetapi ketika orang tua dalam keadaan tenang, senang, dan bahagia, maka hasil dari kegiatan ini bisa terlihat hasilnya meskipun dari hal kecil. Ketika memberikan ekspektasi kepada anak, maka sebaiknya tidak terlalu tinggi. Apresiasikan keberhasilan yang sudah dilakukan oleh anak, walaupun sekecil apa pun, karena hal itu secara tidak langsung membuat anak menjadi lebih percaya diri untuk bisa mencoba hal baru yang lainnya. Contoh, ketika sedang mengajari arti kesopanan dengan memberikan salam kepada orang lain, dan anak mau melakukannya dengan didampingi oleh ibunya, maka apresiasikan saja hal itu dengan kata penyemangat, bahwa anak sudah berani untuk salam kepada orang lain.

Kedua, lakukan sambil bermain dan menyenangkan. Perlu diingat, bahwa orang tua sedang bersama anak yang masih membutuhkan proses pembelajaran sambil bermain, contohnya saja ketika ingin mengenalkan nama hewan, bisa dari berbagai macam media, yaitu bisa seperti mainan miniatur, gambar yang ada di buku, atau menggambar bersama meskipun hasilnya tidak sebagus aslinya, tetapi dari sini membuat anak mampu untuk berpikir secara kreatif dan berinovasi.

Terakhir, yaitu tidak terburu-buru. Kita sebagai orang yang sudah dewasa juga membutuhkan waktu untuk bisa mempelajari hal baru, apalagi anak-anak yang masih harus banyak belajar untuk bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya. Dalam hal ini orang tua memang membutuhkan kesabaran. Tetapi pasti banyak orang tua yang merasa bahwa tidak memiliki kesabaran yang cukup dalam menghadapi anaknya. Hal tersebut wajar saja, karena terkadang orang tua pun memiliki permasalahan di belakangnya, yang akhirnya mempengaruhi bagaimana caranya untuk bisa menghadapi sang anak. Kembali lagi, pada poin terakhir ini, yaitu tidak terburu-buru, maka jika hari ini anak belum sesuai dengan keinginan orang tua, maka bisa dicoba di lain waktu atau dengan cara yang lain. Sebagai contoh, ketika hari ini anak tidak mau untuk makan sayuran dalam bentuk sop, mungkin lain waktu bisa diubah cara memasaknya atau dari menyajikannya agar anak menyukainya.

Penulis dapat simpulkan bahwa untuk berkomunikasi dan berbicara, sebetulnya juga salah satu proses belajar yang sampai dewasa pun akan terus menjadi suatu pembelajaran yang rumit dan dengan cakupan yang luas sekali. Maka tidak masalah ketika anak memang membutuhkan waktu yang lama untuk bisa belajar, bagaimana cara berkomunikasi dan berbicara dengan benar dengan teman atau lingkungan sekitarnya. Sebagai orang tua juga tidak luput dari contoh sang anak, maka berikan kesan dan pesan yang baik serta menyenangkan kepada anak, agar anak mampu melihat betapa menariknya ketika sedang melakukan proses komunikasi.

Related posts