Hnews.id | Dewasa ini generasi milenial sering akrab kita dengar, generasi milenial yang lahir antara tahun 1981-2000. Generasi milenial populasinya di dalam organisasi mencapai rata-rata 50-60 % dan jumlahnya akan terus bertumbuh hingga tahun-tahun berikutnya. Dengan jumlah seperti yang dijelaskan, generasi milenial juga merupakan generasi penerus kepemimpinan dimasa yang datang. Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mendengar kata leadership atau kepemimpinan, namun di era milenial ini kepemimpinan didominasi oleh generasi milenial. Seperti banyak start-up yang dipimpin oleh para generasi milenial. Generasi milenial merupakan aset negara, yang akan menjadi tiang kemajuan bangsa di masa datang.Sehingga, tidak salah bahwa generasi milenial perlu mendapatkan perlakuan khusus dan berbeda dari gaya atau cara memimpin suatu organisasi, agar semua generasi milenial ini mampu berkinerja dengan optimum.
Gaya kepemimpinan yang baik di era milenial merupakan tantangan yang dihadapi para pimpinan saat ini. Tantangan tersebut sering dibicarakan dan menjadi isu penting bagi kelangsungan hidup untuk masa depan. Tantangannya yaitu cara memimpin anggota tim atau organisasi yang terdiri atau didominasi para generasi milenial. Generasi milenial yang saat ini sangat mempengaruhi banyak hal, juga harus dipimpin dengan gaya kepemimpinan milenial. Gaya kepemimpinan yang sering dikaitkan dengan era milenial ini adalah partisipatif, yaitu pemimpin ikut serta dalam proses berlangsungnya sebuah kegiatan organisasi.
Kepemimpinan partisipatif adalah sebuah gaya kepemimpinan di mana semua individu memiliki kekuasaan setara dalam proses pengambilan keputusan bersama, terlepas dari jabatan dan pangkatnya. Pemimpin dikatakan partisipatif, jika memberikan dukungan pada anggotanya dan sedikit pengarahan tapi mendukung penuh ide-ide anggota. Kepemimpinan partisipatif dengan cara mengajukan masalah dan mengusulkan tindakan pemecahannya kemudian mengundang kritikan, usul dan saran anggota. Disini disebut bahwa menjadi pemimpin yang partisipatif berarti melibatkan anggota tim dalam pembuatan keputusan.
Kelebihan gaya kepemimpinan partisipatif yaitu peningkatan produktivitas tim, karena semua dapat berpartisipasi dalam pengambilan keputusan, dan lebih produktif saat pekerjaan dan suara atau masukan mereka dihargai, melahirkan tenaga kerja yang kreatif sehingga budaya diskusi dari ide dan gagasan dapat memfasilitasi pemikiran yang out of the box serta inovatif, meningkatkan loyalitas karyawan yaitu memberi anggota kesempatan untuk ikut serta menentukan kesuksesan masa depan perusahaan/organisasi, menciptakan tim yang kuat karena semua anggota dan pemimpin mengikuti diskusi dan pembuatan keputusan bersama, semua orang yang terlibat dan akan menghabiskan banyak waktu bersama, membentuk karyawan yang mandiri seperti anggota tim yang aktif mengambil bagian dalam pengambilan keputusan, menunjukkan kemandirian lebih tinggi saat bekerja, karena mereka tahu peran mereka, paham apa yang harus dilakukan dan bagaimana caranya, dan mengerti apa tujuan dari pekerjaan tersebut.
Sedangkan kekurangan dari gaya kepemimpinan partisipatif adalah pengambilan keputusan dapat berjalan membosankan seperti pada organisasi yang bertumpu pada hasil dan profit, yang dinilai tidak efisien karena proses pengambilan keputusan berjalan membosankan dan lambat, konflik datang dari anggota yang tidak didengar, yaitu konflik dan masalah antar anggota jika ada yang merasa pendapat mereka tidak didengarkan atau dihormati, tidak cocok kala terjadi krisis karena proses pengambilan keputusan yang berlarut-larut. Oleh karena itu menurut hemat penulis, gaya kepemimpinan yang partisipatif sangatlah cocok di era generasi milenial, yang suatu organisasinya terdiri atau didominasi oleh para generasi milenial. Seperti halnya startup yang banyak didirikan oleh pemimpin dari generasi milenial dan dianggotakan atau didominasikan juga oleh generasi milenial. Selamat menjadi pemimpin di era milenial!