Tradisi Mudik dan Pandemi Covid-19

Hnews,id | Tradisi mudik alias pulang kampung sudah menjadi tradisi turun-temurun yang dilakukan masyarakat Indonesia tiap jelang lebaran. Biasanya, tujuannya adalah untuk berkumpul, bertemu, dan bersilaturahim dengan keluarga di kampung halaman. Ini sudah menjadi rutinitas masyarakat Indonesia, ketika lebaran tiba. Menjadi salah satu kegiatan yang paling dinanti oleh masyarakat. Segala cara dilakukan agar bisa pulang kekampung halaman demi melepas rindu dengan keluarga meskipun pandemi belum kunjung berakhir. Agar bisa pulang ke rumah dan berkumpul dengan keluarganya saat lebaran, masyarakat rela antre, cekcok, dan macet. Fenomena mudik Lebaran di Indonesia memang unik, dan jarang terjadi di negara lain. Sekitar seminggu sebelum Idul Fitri, para imigran berbondong-bondong masuk dan meninggalkan ibu kota untuk kembali ke kampung halaman. Festival Mudik ini khusus untuk mudik saat Idul Fitri. Sedangkan mudik di hari biasa tidak disebut mudik.

Mudik di tengah pandemi Covid-19 disinyalir dapat menimbulkan lonjakan kasus penularan Covid-19, yang diperkirakan dapat terjadi pasca mudik. Data random testing yang dilakukan terhadap pemudik, dari 6742 pemudik yang terdata terdapat 4123 yang dinyatakan positif, hal ini  disampaikan langsung oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, yang juga sebagai Ketua Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional  dalam jumpa pers pada Senin 10 mei 2021.

Guna mencegah virus Covid-19 menyebar dengan cepat ke berbagai daerah, kebijakan pemerintah untuk melarang mudik lebaran tahun ini sangatlah tepat. Ekonom Universitas Indonesia (Fithra Faisal) percaya bahwa pertimbangan pemerintah tentang larangan keras bagi orang yang pulang ke kampung halaman dalam rangka mudik, akan memberikan dampak positif jangka panjang bagi perekonomian. Jika dilarang mudik, tidak ada komunitas yang bepergian ke luar kota. Artinya, orang semakin mungkin diisolasi di rumah, dan bisa mengurangi penyebaran virus corona. Dengan kata lain, masyarakat yang sehat berpotensi untuk tetap sehat dan dapat terus berkarya atau meningkatkan produktivitas di masa yang akan datang. Lebih lanjut ia menjelaskan, “Ekonomi adalah perspektif jangka panjang. Manusia adalah faktor produksi utama. Jika negara kehilangan faktor produksi utama, maka perekonomian akan terganggu dalam jangka waktu yang lama.”

Menurut penulis, jika banyak orang yang mudik maka penyebaran virus corona akan menyebar ke berbagai daerah di Indonesia, dan jumlah penderita yang positif akan terus meningkat di masa mendatang. Sebab, sumber daya manusia atau pekerja juga semakin berkurang seiring dengan berjalannya waktu. Jika mudik, maka semakin banyak orang terinfeksi, sehingga akan sulit dan  tidak bisa kita mengendalikan penyebaran virus corona. Selain itu, Rumah Sakit dan tenaga medis otomatis akan dibingungkan dengan peningkatan jumlah pasien yang besar saat mereka masyarakat mudik. Dengan begitu, biaya yang harus dikeluarkan pemerintah juga menjadi lebih mahal. Oleh karena itu, menurut pandangan penulis, pemerintah harus melarang keras masyarakat  mudik pada Idul Fitri tahun ini, tahun 2021.

Related posts