Hnews.id | Seorang pemimpin sangat berperan sebagai penentu arah organisasi, sebagai penggerak perubahan, dan sebagai juru bicara organisasi dll. Semuanya itu sangat bergantung pada gaya kepemimpinan yang diterapkan, ketika mempengaruhi para pengikutnya. Gaya kepemimpinan yang dimaksud adalah gaya kepemimpinan yang sesuai untuk kebutuhan pengikut dan tujuan organisasinya. Gaya kepemimpinan adalah pola perilaku pada saat seseorang mencoba mempengaruhi orang lain, dengan adanya penilaian terhadap perintah atau tugas khusus, serta pengarahan dan daya dukung yang diberikan atasan pada bawahan yang dipengaruhi oleh kemauan pemimpin, dalam berkomunikasi timbal balik untuk mendengarkan keluhan bawahan sehubungan dengan pekerjaannya. Jadi bicara seorang pemimpin, maka berdasarkan teori-teori kepemimpinan yang ada, menurut penulis seorang pemimpin akan menjadi pemimpin karena ia telah dilahirkan dengan bakat-bakat kepemimpinan.
Dalam proses kepemimpinan seorang pemimpin di dalam sebuah organisasi, sangat memerlukan penalaran atau metode berfikir ilmiah dari seorang pemimpin. Menghendaki pembuktian kebenaran secara terpadu antara kebenaran rasional dan kebenaran faktual, serta mengggabungkan penalaran deduktif dan induktif dengan menggunakan asumsi dasar atau hipotesa sebagai jembatan penghubungnya.
Menurut Arifin Nugroho (2019) dalam kontek kepemimpinan dalam bidang pendidikan, bahwa mendidik siswa dengan Higher Other Thingking Skills (HOTS) berarti menjadikan mereka mampu berpikir. Siswa dikatakan mampu berpikir jika siswa dapat mengaplikasikan pengetahuan yang diperolehnya dan mengembangkan keterampilan yang dimiliki dalam konteks situasi yang baru. Kemampuan berpikir siswa dapat diartikan bila siswa mampu mengubah atau mengkreasi pengetahuan yang mereka miliki dan menghasilkan sesuatu yang baru. Hal-hal ini merupakan kemampuan yang jelas dapat memperlihatkan bagaimana kemampuan bernalar siswa. Kemampuan bernalar siswa merupakan salah satu unsur dari keterampilan berpikir kritis.
Saputra (2016) menyebutkan tujuan utama dari HOTS adalah bagaimana meningkatkan kemampuan berpikir peserta didik pada level yang lebih tinggi, terutama yang berkaitan dengan kemampuan untuk berpikir secara kritis, dalam menerima berbagai jenis informasi, berpikir kreatif dalam memecahkan suatu masalah menggunakan pengetahuan yang dimiliki, serta membuat keputusan dalam situasi-situasi yang kompleks. Dari rumusan tujuan tersebut jelas terlihat saling keterkaitan antara berpikir kritis dengan HOTS. Kemampuan berpikir pada level tinggi sangat membutuhkan keterampilan berpikir kritis.
HOTS yang sudah mulai diterapkan didunia pendidikan di Indonesia, baik mulai dari tingkat Sekolah Dasar sampai pada tingkat Sekolah Menengah Atas memiliki manfaat untuk siswa itu sendiri. Arifin Nugroho (2019) menyebutkan manfaat HOTS untuk siswa adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan prestasi
Dalam dunia pendidikan di Indonesia hasil belajar merupakan ukuran umum untuk mengukur prestasi siswa. Banyak penelitian yang mengukur tingkat pencapaian hasil belajar siswa melalui HOTS, yang hasilnya menjadi tinggi atau baik. Sehingga dengan pembelajaran HOTS maka akan menaikkan hasil belajar siswa dan juga akan meningkatkan prestasinya.
2. Meningkatkan motivasi
HOTS juga mampu meningkatkan motivasi belajar siswa. Hal ini disebabkan melalui HOTS dapat membangkitkan rasa senang siswa karena merasa percaya diri dan lebih merangsang dalam belajar sehingga akan meningkatkan motivasi belajar siswa.
3. Meningkatkan sikap positif (afektif)
Meningkatkan sikap positif atau afektif merupakan salah satu penilaian dalam kurikulum kita. Pendidikan akan dinyatakan berhasil apabila karakter positif terbentuk. Hasil penelitian Hugerat & Kortam dalam Arifin Nugroho (2019) menunjukkan bahwa pembelajaran HOTS pada materi sains menggunakan metode inkuiri dapat mengembangkan sikap positif, emosional dan kognitif yang baik.