Hnews.id | COVID-19 (coronavirus disease 2019) adalah penyakit yang disebabkan oleh jenis corona virus baru yaitu Sars-CoV-2, yang dilaporkan pertama kali di Wuhan Tiongkok. COVID-19 ini dapat menimbulkan gejala gangguan pernafasan akut seperti demam diatas 38°C, batuk, hilang indra penciuman dan sesak nafas bagi manusia. Dari sumber penularan kasus ini masih belum diketahui pasti, tetapi kasus pertama dikaitkan dengan pasar terkenal di Wuhan. Tanggal 17 Desember hingga 28 Desember 2019, terdapat enam pasien yang dirawat dengan Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS). Kasus ini ditandai dengan dilaporkannya sebanyak 43 kasus di dunia. Tidak sampai dua bulan, penyakit ini telah menyebar di berbagai provinsi lain di China, Myanmar, Vietnam, dan Laos. Sampel yang diteliti menunjukkan etiologi corona virus baru yang ditemukan pada abad ke-21. Penyakit ini dinamakan sementara sebagai 2019 novel corona virus, kemudian WHO mengumumkan nama baru pada 10 Februari 2020 yaitu Corona virus Disease (COVID-19) yang disebabkan oleh virus Severe Acute Respiratory Syndrome Corona virus. Virus ini dapat tertular dari manusia ke manusia dan telah menyebar secara luas dataran China dan lebih dari 195 negara. Pada 12 Maret 2020, WHO mengumumkan COVID-19 sebagai pandemik yang sangat berbahaya.
Ketika adanya pandemi COVID-19 banyak masyarakat yang tidak mengetahui dan kebingungan karena penularan yang sangat cepat, masyarakat menjadi panik dan takut. sehingga masyarakat tidak bisa antisipasi dengan cepat. Banyak masyarakat yang kehilangan pekerjaan, dan membuat perekonomian mereka menurun drastis. Dari hasil wawancara penulis, “Sebelum ada COVID-19 penghasilan saya dari berjualan bisa buat memenuhi kebutuhan sehari-hari dan keluarga, tapi semenjak ada wabah COVID-19 perekonomian keluarga saya jadi susah, dan terkadang saya malah rugi karena dagangan tidak laku terjual,” ungkap salah seorang masyarakat yang penulis temui untuk diwawancara. Pendapat salah seorang pedagang yang lain mengungkapkan kepada penulis bahwa “Pembelinya pada takut keluar rumah, jadi dagangan saya sepi tidak ada yang beli. Saya juga sempat 2 minggu tidak berjualan, terpaksa mencari kerjaan sampingan yang penting halal. Dari pada saya hutang makin banyak gara-gara tidak ada pemasukan,”jelasnya.
Selain itu, penulis juga mendapatkan informasi yang lain dari masyarakat, yang intinya banyak yang kebingungan, karena dengan adanya jam malam pembeli sepi, dikarenakan pada saat malam biasanya banyak masyarakat yang mencari makanan, akan tetapi disaat pandemi dan jam malam pembeli semakin menipis tidak sebanding dengan pengeluaran sehingga membuat masyarakat kebingungan untuk memenuhi kebutuhan kehidupannya sehari. Rata-rata pedagang yang bukanya pada sore sampai malam seperti; penjual es dan kopi, martabak, tahu peletok yang bukanya mulai sore sampai jam malam menjelang pagi. Di karenakan dengan adanya kegiatan jam malam, membuat pedagang penghasilannya menurun karena tidak ada pemasukan sama sekali. Dari wawancara penulis lakukan, hasilnya banyak masyarakat menyampaikan keresahan terhadap nasib dagangannya jika pandemi ini belum saja usai.