Hnews.id | Gubernur Sumatera Barat, Mahyeldi yang biasa dipanggil Buya Mahyeldi meresmikan Taman Ekowisata Berbasis Air Padang Pariaman, dihadiri oleh Plt. Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Sigit Reliantoro, Bupati Padang Pariaman Suhatri Bur dan Pejabat instansi terkait Provinsi dan Kabupaten Padang Pariaman, di Nagari Balah Hilia, Kecamatan Lubuk Alung, Kabupaten Padang Pariaman. (17 Juni 2021).
Ucapan terimakasih kepada KLHK yang telah membantu memulihkan kembali lahan bekas tambang melalui Program Pemulihan Kerusakan Lahan Akses Terbuka (LAT) ±32 ha di Nagari Balah Hilia ini, dan untuk itu maka sudah menjadi keharusan bagi kita semua terutama masyarakat Nagari Balah Hilia, masyarakat Lubuk Alung, masyarakat Padang Pariaman memanfaatkan Taman Ekowisata lahan bekas tambang ini secara masksimal dan dapat menjadi pusat aktifitas ekonomi masyarakat.
Lembaga pengelola yang sudah terbentuk berupa Kelompok Sadar Wisata (POKDARWIS) perlu bimbingan dan arahan sehingga dapat mandiri baik dari segi kualitas SDM maupun kapasitas kelembagaan, untuk itu diharapkan OPD terkait Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa dan OPD Dinas Pariwisata serta OPD lainnya dapat mengambil peran.
Sigit Reliantoro menyampaikan bahwa pemulihan lahan ini bertujuan memperbaiki kualitas lingkungan hidup agar fungsinya dalam mendukung tata air menjadi lebih baik, secara ekonomi memberikan alternatif penghasilan bagi masyarakat dan secara sosial budaya menjadi sarana untuk berbagai kegiatan kenagarian dan masyarakat. Konsep “Ekowisata Berbasis Air” ini diterapkan dengan menata lubang tambang agar berfungsi sebagai sarana meningkatkan kualitas air sebelum masuk ke sungai.
Di tempat ini juga dapat menjadi sarana edukasi konsep “memanen air hujan”. Bangunan kantor pengelola dan mushola model panggung yang menjadi kearifan lokal Sumatera Barat tetap berfungsi dalam meresapkan air hujan. Selain itu, juga dilengkapi dengan saluran dan tempat menampung air hujan yang jatuh di atap. Sebagian air hujan ditampung dalam kolam yang ditanam di bawah tanah dan sebagian lagi dimanfaatkan untuk petugas yang mengelola tempat ini atau pengunjung yang membutuhkan air bersih, selain itu juga air diolah dan langsung bisa dapat dikonsumsi.
Kunci agar lokasi ini menjadi destinasi wisata yang berkelanjutan diperlukan “keuletan dan inovasi” untuk mengadakan berbagai kegiatan atau event dan dukungan dari semua pihak, tutupnya.
(Eel)