Berpikir Sistem dalam Penerapan Protokol Kesehatan Covid-19

Photo:grcIndonesia/2021

Hnews.id | Indonesia saat ini masih mengalami pandemi Covid-19, lebih kurang hampir satu tahun empat bulan. Berdasarkan data yang ada yang dikeluarkan oleh pemerintah, bahwa kasus covid-19 masih cukup tinggi. Sebagian warga Indonesia sudah mendapatkan vaksin, yang diberikan secara gratis kepada seluruh rakyat oleh pemerintah. Bahkan sampai saat ini pemerintah pun telah mulai menyuntikkan vaksin ketiga bagi para tenaga kesehatan dan pekerja di lingkungan fasilitas  pelayanan kesehatan sebagai booster dari kedua batch vaksin yang telah diberikan.

Untuk bertindak terarah, terpadu dan berkesinambungan, perlu kita berpikir secara sistem mengenai protokol kesehatan bagi tenaga kesehatan yang bekerja pada lingkungan kerja Rumah Sakit yang sudah menerapkan protokol kesehatan secara baik dan benar, diantaranya pemakaian dan pelepasan APD (Alat Perlindung diri) yang benar dan telah ditetapkan menurut standar Komite PPI (Pencegahan dan pengendalian infeksi) Rumah Sakit, mengguakan masker saat bertugas baik bagi para pemberi pelayanan medis, frontliner, maupun backoffice masker yang digunakan sesuai dengan Zona tempat betugas seperti perawat dan dokter menggunakan masker N95 bagi tenga kesehatan lainya menggunakan double masker yang telah dianjurkan pemerintah serta menggunakan APD . Selain kedua hal tersebut diperhatikan juga kebersihan tempat bekerja dengan selalu membuka ventilasi udara agar terjadi  sirkulasi udara yang baik, tidak makan bersama dalam lingkungan  kerja, tempat makan terbuka dengan jendela atau ventilasi udara yang baik dan makan secara bergantian, tidak membuka masker saat berada ditempat ibadah, selalu mencuci tangan dengan air maupun handscrub, mensterilkan berkas yang diterima berasal dari pasien saat berobat. Bagi para backoffice mengatur jarak duduk agar tidak berdekatan satu dengan lainnya dan diterapkanya sistem WFH secara bergantian.

Berpikir secara sistem mengenai protokol kesehatan yang diterapkan dilingkungan rumah, bagaimana caranya. Di lingkungan rumah yang terkadang dihuni oleh beberapa orang didalam keluarga yang bekerja dilingkungan luar, tidak jarang bahwa tenaga kesehatan terpapar bukan dari lingkungan Rumah Sakit, namun berasal dari keluarga yang akhirnya menjadi efek domino dengan satu orang menularkan ke anggota keluarga lainya. Dalam hal ini berpikir secara sistem sangatlah diperlukan, untuk menganalisa faktor penyebab dari mana kemungkinan terjadinya penularan di lingkungan rumah.

Secara lebih formal, berpikir adalah penyusunan ulang atau manipulasi kognitif baik informasi dari lingkungan maupun simbol-simbol disimpan dalam long term memory. Jadi, berpikir adalah sebuah representasi simbol dari beberapa peristiwa atau item menurut Khodijah (2006). Sejauh ini Menurut catatan monitoring Kepatuhan Protokol Kesehatan yang disusun oleh Penanganan Covid-19 pada 4 Juli 2021, rata-rata kepatuhan memakai masker di rumah secara nasional adalah 73,01 persen. Dengan demikian, rumah menjadi lokasi dengan tingkat kepatuhan terendah kedua setelah tempat wisata (72,60). Selain tingakat kepatuhan pemakaian masker di rumah yang kendor juga tidak adanya jaga jarak di lingkungan rumah dan makan bersama masih sulit dihindari pada saat makan di lingkungan rumah. Hal inilah yang di klaim menjadi penyebab terpaparnya para tenaga kesehatan virus covid-19 bukan di lingkungan Rumah Sakit yang memiliki resiko penularan yang cukup tinggi melainkan terpapar virus Covid-19 di lingkungan rumah.

Related posts