Hnews.id | Jika diperhatikan berita di TV, sosial media, dan media informasi lainnya, terdapat berbagai macam tipe vaksin corona dari berbagai negara yang membuat kita bingung Apa perbedaan antara vaksin-vaksin ini? Apakah ada yang lebih manjur dari yang lain? Atau apakah semuanya sama saja?. Untuk menjawab semua pertanyaan ini, berikut ini penjelasan cara kerja vaksin-vaksin corona dari berbagai negara.
Vaksin yang akan dibahas kali ini ada lima vaksin yaitu, vaksin dari Pfizer-BioNTech, Moderna, AstraZeneca-Oxford, Sputnik V, dan tentunya yang pertama masuk ke Indonesia Sinovac. Terdapat sejumlah perbedaan antara vaksin-vaksin corona ini. Perbedaan terbesar di antaranya adalah perbedaan berdasarkan cara kerjanya. Namun sebelum membahas perbedaan cara kerja vaksin, ada baiknya kita memahami terlebih dahulu bagaimana sebenarnya tubuh kita melawan virus dan menciptakan kekebalan.
Ketika virus atau apapun itu yang bersifat asing memasuki tubuh manusia, sistem imun kita akan menyerangnya. Namun, proses sistem imun menghabisi virus memerlukan waktu yang lama, karena untuk mengalahkan infeksi sistem imun kita harus mencari tau cara untuk melawannya terlebih dahulu. Sementara proses ini berlanjut, virus akan terus menyebar dan berlipat ganda dan tubuh yang terinfeksi akan jatuh sakit. Akhirnya setelah sistem imun tubuh berhasil menghabisi virus dia akan terus mengingat cara untuk melawannya, sehingga jika virus yang sama datang lagi tubuh kita sudah siap menghadapinya. Jadi pada dasarnya, bisa dikatakan bahwa cara kerja semua vaksin itu relatif sama yaitu, untuk memberikan sistem imun kita “strategi perlawanan virus” tanpa harus melawan virusnya secara langsung. Meskipun begitu, cara menyampaikan “strategi perlawanan” tersebut berbeda-beda untuk tiap vaksin.
Kita mulai dengan Sinovac, vaksin COVID-19 buatan Cina yang menggunakan metode “Inactivated Virus” atau virus yang dinonaktifkan. Metode ini menggunakan virus COVID-19 yang sudah dibunuh lalu dimasukkan ke dalam tubuh manusia. Walaupun nonaktif dan tidak dapat menyebar sistem imun tetap akan menanggapinya dan mempelajari cara melawannya. Tetapi, respon dari sistem imun mungkin saja tidak se-ampuh jika melawan virus yang masih hidup. Oleh karena itu, tipe vaksin seperti ini memerlukan beberapa dosis supaya efektif.
Selanjutnya ada vaksin AstraZeneca dan Sputnik V yang menggunakan metode “Viral Vector”. Berbeda dengan metode virus nonaktif, metode ini menggunakan virus yang masih hidup, namun relatif lebih lemah seperti adenovirus yang menyebabkan pilek. Virus lemah tersebut kemudian digunakan sebagai tumpangan bagi materi genetik COVID-19 yang akan digunakan oleh sistem imun untuk menciptakan kekebalan tanpa harus mengekspos tubuh terhadap bahaya dari virus corona yang asli.
Dan selanjutnya, metode yang paling banyak dibicarakan dimana-mana dan yang termutakhir di antara vaksin-vaksin yang ada, yaitu vaksin mRNA yang digunakan oleh Pfizer dan Moderna. Cara kerja kedua vaksin ini lumayan keren. Jadi di dalam COVID-19 terdapat suatu protein yang sangat penting, protein ini digunakan oleh COVID untuk memasuki sel tubuh manusia dan membuatnya lebih mudah menular. Anggap saja ini sebagai senjata yang membuat COVID terlalu overpowered. Nah logikanya adalah jika kita dapat membuat tubuh kebal terhadap protein ini, maka tubuh akan kebal terhadap COVID-19 secara keseluruhan. Yang dilakukan oleh peneliti vaksin adalah mengambil bagian dari DNA COVID yang mengandung blueprint untuk protein ini dan kemudian merubah blueprint tersebut menjadi intruksi bagi sel tubuh untuk membuat proteinnya. Intruksi ini dikenal sebagai mRNA, dan mRNA inilah vaksinnya. Lalu mengapa kita ingin sel tubuh membuat protein ini? Bukannya itu berbahaya?. Tidak sama sekali!. mRNA ini aman karena hanya mengandung instruksi untuk membuat protein itu saja dan tidak mengandung virus corona sepenuhnya. Jadi bisa dianggap seperti senjata tanpa tuan. Setelah mRNA masuk ke dalam tubuh, sel tubuh akan mulai membuat protein ini yang kemudian akan dianggap oleh sistem imun. Setelah sistem imun berhasil menghancurkan protein ini, dia kan tetap ingat cara melawannya sehingga membuat diri ini kebal terhadap COVID-19.
Pada akhirnya artikel ini bukan bertujuan untuk membujuk anda memilih salah satu vaksin, karena bagi kebanyakan orang, vaksin mana yang kita dapatkan sudah di luar kendali kita. Yang perlu kita ketahui adalah vaksin yang kini disiapkan untuk penggunaan massal telah melalui tahapan pengujian intensif untuk menjaga keamanan dan keefektifannya.