Berpikir Sistem Percepatan Pencegahan Stunting Dalam Kontek SDM

foto:penaga.simdes/2021

Hnews.id | Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis terutama pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Stunting mempengaruhi perkembangan otak sehingga tingkat kecerdasan anak tidak maksimal yang berisiko menurunkan produktivitas anak di masa depan. Bahkan, stunting dan malnutrisi diperkirakan berkontribusi pada berkurangnya 2-3% Produk Domestik Bruto (PDB) setiap tahunnya. Upaya pencegahan stunting dilakukan melalui dua intervensi, yaitu intervensi gizi spesifik dengan menyasar penyebab langsung dan intervensi gizi sensitif dengan menyasar penyebab tidak langsung dimana memerlukan prasyarat pendukung yang mencakup komitmen politik dan kebijakan untuk pelaksanaan, keterlibatan pemerintah dan lintas sektor, serta kapasitas untuk melaksanakan sebuah program percepatan pencegahan stunting. Dalam pelaksanaan program percepatan pencegahan stunting di Indonesia diperlukan sistem pelaksanaan program yang efektif dan efisien agar tujuan dari program terlaksana secara maksimal menuju generasi sehat dan cerdas.

Bicara tentang Sistem, seperti yang kita ketahui sistem merupakan sebuah struktur. Mengubah sistem memerlukan cara berpikir yang terstruktur. Perlu kemampuan untuk berpikir secara menyeluruh (berpikir sistem), berarti meletakkan elemen dalam kontek sebuah sistem; mempelajari elemen untuk mengerti elemen; mempelajari hubungan antar elemen untuk mengerti sistem; dan mempelajari hubungan sistem sebagai elemen dari sistem elemen yang lebih besar. Konsep sistem yang terdiri dari input, proses, output, dan feedback sangat penting karena dari konsep sistem tersebut akan tergambar secara jelas sebuah program secara utuh dan hasil yang diharapkan.

Program percepatan pencegahan Stunting menemui masalah pada kurangnya sosialisasi penyelenggaraan program pemberdayaan pada masyarakat sebagai salah satu tenaga SDM (sumber daya manusia) program ini, dibuktikan dengan hasil survei persepsi masyarakat (Purnawan, TP2AK Setwapres) pada tahun 2019 tentang stunting yaitu Kurang (47,2%.), Cukup (40,6%), dan Baik (12,2%). Masalah tersebut membuat pemerintah khususnya Kementerian Kesehatan membuat sistem analisis yang berfokus pada SDM. Berfikir sistem dalam program percepatan pencegahan stunting pada pemberdayaan sumber daya manusia (SDM) sebagai tonggak utama dalam pelaksanaan dan keterjangkauan program dimulai dari membuat Framework (Kerangka berfikir) terdiri dari strategi, intervensi, output, intermediate outcome, dan dampak yang dihasilkan berdasarkan Strategi Nasional penurunan stunting terintegrasi. Selanjutnya, Kerangka berfikir sistem di kerucutkan untuk berfokus pada pemberdayaan SDM yang dapat kita jabarkan dari Strategi Nasional Percepatan Pencegahan Stunting dan indikator masalah yang sedang terjadi. Framework yang dibutuhkan terdiri dari 3 indikator yaitu :

  1. Mengaktifkan fungsi lingkungan
    • Kebijakan nutrisi yang komprehensif.
    • Kepemimpinan dan koordinasi nasional dan lokal untuk mendukung nutrisi dan penurunan stunting serta kualitas pelayanan gizi.
    • Pedoman dan protokol teknis yang diperbarui pada ibu, bayi, dan gizi anak kecil yang selaras satu sama lain dan disebarluaskan ke seluruh Puskesmas dan Posyandu.
    • Sistem kesehatan yang diperkuat.
  2. Dukungan petugas kesehatan
    • Pelatihan berbasis kompetensi pra-jabatan dan saat-jabatan untuk membangun pengetahuan dan kemampuan.
    • Ekspektasi kinerja yang jelas melalui detail dan bermakna
    • Deskripsi pekerjaan.
    • Pengawasan yang mendukung dan umpan balik yang tepat waktu tentang kinerja, termasuk alat pengawasan yang diperbarui.
    • Ukuran data kinerja sistem kesehatan dan gizi.
    • Renumerasi dan insentif untuk meningkatkan motivasi.
    • Lingkungan yang memadai termasuk informasi, peralatan, dan persediaan
  3. Pelaksanaan berbasis komunitas
    • Pengumpulan dan berbagi data berbasis komunitas (Kader posyandu, dasawisma, KPM, dsb) di antara komunitas anggota.
    • Memperkuat struktur masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan dan perilaku terkait gizi di antara ibu dan anak dan menciptakan kemudahan permintaan layanan terkait gizi yang lebih baik.

Ouput dari framework yang telah disebutkan diharapkan memberikan dampak pada program percepatan pencegahan stunting yaitu bagaimana kita memanusiakan SDM di tingkat lapangan yaitu tenaga kesehatan dari puskesmas serta komunitas masyarakat seperti kader posyandu, KPM, dan kader dasawisma, sehingga mereka mencintai hal yang mereka lakukan dan pelaksanaan program berjalan secara utuh dan hasil yang diharapkan yaitu meningkatnya pengetahuan dan perilaku masyarakat yang aktif dalam penurunan angka stunting di Indonesia.

Related posts