Hnews.id | Sampai dengan tanggal 11 Agustus 2021, saat artikel ini ditulis kasus Covid-19 di Indonesia masih menyerang masyarakat Indonesia, tak terkecuali di Jawa Barat. Menurut data yang ditayangkan oleh pikobar.jabarprov.go.id, total terkonfirmasi sebanyak 643.567 orang, yang masih menjalani isolasi atau dalam perawatan sebanyak 79.033 orang dan yang meninggal sebanyak 10.988 orang, khusus data meninggal ini mengalami kenaikan sebesar 491 orang dibanding data sehari sebelumnya. Kasus yang sama juga dialamai oleh Kota Depok. Berdasarkan data yang ditayangkan oleh situs informasi Covid-19 Kota Depok ccc-19,depok.go.id, pada tanggal 11 Agustus 2021 total kasus terkonfirmasi sebanyak 96.422 orang, kasus aktif sebanyak 7.403 orang dan yang meninggal sebanyak 1.860 orang.
Ketika lonjakan kasus meningkat tajam pada bulan Juni-Juli 2021, rumah sakit untuk perawatan pasien Covid-19 mengalami kelebihan pasien sehingga tidak mampu lagi menampung pasien. Hal ini menyebabkan pasien banyak yang menjalani isolasi di rumah masing-masing. Namun kondisi pasien yang isolasi mandiri banyak yang mengalami kondisi perburukan sehingga banyak yang meninggal di rumah. Harian Kompas memuat berita, ada 548 pasien meninggal saat isolasi mandiri di rumah di Jawa Barat pada tanggal 14 Juli 2021. Kejadian serupa juga terjadi di Kota Depok. Di Kota Depok per tanggal 13 Juli 2021 terdapat 17 orang pasien Covid-19 meninggal saat menjalani isolasi di rumah.
Penyebab utama kematian pasien Covid-19 saat isolasi mandiri, menurut Slamet Raharjo Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) DKI Jakarta adalah tidak adanya dokter yang memantau kondisi pasien setiap harinya, karena keterbatasan jumlah dokter. Kemudian fasilitas telemecine yang telah dibuka juga tidak lantas menjadi solusi. Selain itu kurangnya ketersediaan obat-obatan dan oksigen serta rumah sakit rujukan Covid-19 penuh. Selain itu penyebab kematian pasien Covid-19 yang sedang isolasi mandiri karena adanya gejala perburukan yang tidak mendapat pertolongan.
Menurut Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan, upaya yang bisa dilakukan untuk mencegah kematian pasien Covid-19 yang sedang menjalani isolasi mandiri di rumah adalah meningkatkan jumlah tempat tidur rumah sakit Covid-19. Kemudian membuka pelayanan telemedicine atau pelayanan kesehatan virtual plus pemberian paket obat gratis, membuka rumah sakit darurat dan mengkonversi rumah sakit umum menjadi rumah sakit khusus Covid-19.
Mencermati kondisi kasus Covid-19 dan banyaknya kematian pasien Covid-19 yang sedang isolasi di rumah serta mencermati penyebab kematian dan cara mengatasi menurut para ahli, maka kepemimpinan dan berpikir sistem memegang peranan penting dalam mencegah atau menurunkan kasus kematian pasien yang isolasi mandiri. Pertama yang harus dilakukan adalah mencari akar masalah secara sistem. Merunut data di atas, penyebab kematian pasien isolasi mandiri adalah tidak adanya dokter, tidak ada obat-obatan dan oksigen, serta adanya perburukan kondisi. Tata laksana yang seharusnya adalah pasien dirawat di rumah sakit. Tetapi rumah sakit penuh. Jadi secara umum penyebab utamanya adalah tidak adanya dokter dan kurangnya rumah sakit. Bagaimana mengatasi dua masalah tadi? Saatnya kepemimpinan yang memegang peranan penting. Yaitu pemimpin yang mampu mengerahkan segala sumber daya baik sumber daya manusia maupun sumber daya material, keuangan, sumber daya hubungan baik dengan pemilik modal.
Kepemimpinan yang berpikir secara sistem akan mampu menggerakkan masyarakat, lembaga, institusi untuk dapat dikerahkan. Misalnya perguruan tinggi kesehatan bisa diminta untuk mengerahkan seluruh siswanya baik, calon perawat, calon bidan, calon dokter dan tenaga kesehatan lainnya untuk dilatih secara singkat tentang tata laksana penanganan pasien Covid-19 untuk selanjutnya diterjunkan sebagai pendamping pasien di tempat isolasi terpusat.
Kepemimpinan yang berpikir secara sistem akan mampu mengelola tempat umum seperti sekolah, gedung olah raga dan tempat umum lain menjadi rumah sakit darurat untuk merawat pasien Covid-19. Kepemimpinan yang berpikir sistem akan mampu melobi pemilik rumah sakit umum swasta untuk menjadi rumah sakit khusus Covid-19. Kepemimpinan yang berpikir sistem akan mampu mengerahkan sumber anggaran untuk membiayai operasional rumah sakit darurat dan bekerja sama dengan pemerintah propinsi maupun pusat serta swasta untuk bersama-sama mencegah atau paling tidak menurunkan kasus kematian pasien Covid-19 yang menjalani isolasi mandiri.