Meningkatkan Sumber Daya Manusia Dalam Pembangunan Kesehatan Masyarakat

foto:catatankuliahnya.wordpress/2021

Hnews.id | Suatu negara dikategorikan sebagai negara maju, salah satu indikatornya adalah derajat kesehatan masyarakatnya. Seperti yang tercantum dalam Indeks Pembangunan Manusia bahwa ada 3 indikator yang menjadi acuan untuk menilai perkembangan suatu negara yaitu Ekonomi, Pendidikan, dan Kesehatan. Dalam pandangan kesehatan masyarakat, gerakan pembangunan yang sebenarnya adalah program pembangunan kesehatan yang menempatkan orang sehat sebagai tujuan pembangunan. Dengan cara memaksimalkan fungsi Puskesmas sebagai pusat kesehatan masyarakat yang komprehensif. Memberikan porsi lebih besar terhadap program-program promotif dan prefentif. Dengan menurunnya Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB) dan angka kesakitan, perbaikan gizi balita, menurunnya angka stunting, meingkatkan akses sanitasi dan melakukan perubahan perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat, partisipasi lansia dalam kegiatan posbindu, meningkatkan sumber daya manusia dan perbaikan manajemen kesehatan.

Program promotif dan preventif adalah upaya mengubah perilaku buruk masyarakat yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan. Untuk mewujudkan hal ini tentu membutuhkan waktu, tenaga dan dana yang tidak sedikit. Saat ini setiap puskesmas membutuhkan tenaga promosi kesehatan selain tenaga kesehatan lainya. Membekali semua nakes dengan kompetensi sebagai penyuluh. Diharapkan saat melakukan pelayanan tenaga kesehatan mampu memberikan edukasi kepada pasien atau masyarakat. Tenaga kesehatan mampu melakukan deteksi awal resiko dari satu penyakit atau wabah sebelum terjadi. Seharusnya tenaga kesehatan berperan aktif dengan memberikan contoh nyata perilaku hidup sehat. Untuk memenuhi hak masyarakat atas pelayanan kesehatan yang berkualitas, tenaga kesehatan harus mempunyai kompetensi handal, melaksanakan peran dan tugasnya dalam melayani masyarakat sesuai kompetensinya.

Sebagai contoh ketika petugas Puskesmas turun ke lapangan, yang menjadi inti dari kegiatan tersebut adalah Posyandu. Kegiatan hanya difokuskan pada penimbangan, imunisasi, pemeriksaan ibu hamil atau konseling PMT. Jarang petugas yang melakukan survey lapangan terkait hal-hal yang menimbulkan gangguan kesehatan. Petugas kesehatan masih berorientasi memberikan layanan kuratif tanpa melakukan identifikasi faktor-faktor timbulnya masalah kesehatan pada masyarakat. Petugas hanya melayani masyarakat jika terjadi masalah kesehatan. Sehingga  masyarakat tidak mendapatkan edukasi terkait hal-hal yang dapat menyebabkan kesakitan terutama untuk penyakit-penyakit akut dan menular. Dengan pemberian pendidikan kesehatan baik di sekolah maupun kelompok masyarakat akan memberikan efek positif untuk mereka dari sebelumnya tidak tahu menjadi tahu dan tidak menutup kemungkinan akan mengurangi risiko terjadinya gangguan kesehatan. Masyarakat perlu disadarkan bahwa mereka berperan penting untuk terwujudnya kesehatan komunitas.

Pada akhirnya peningkatan program program promotif dan preventif berpulang pada komitmen masing-masing pemerintahan kota/kabupaten. Dengan adanya peningkatan anggaran sektor kesehatan, diharapkan agar pemerintah pusat dan daerah dapat mengelola dana tersebut dengan sebaik mungkin. Mulai beralih kepada peningkatan kapasitas sumber daya manusianya diantaranya tenaga kesehatan, kader dan jejaring. Tidak lagi berorientasi pada pembangunan fisik semata.

Related posts