Hnews.id | Pandemi Covid-19 tidak hanya berdampak pada kesehatan masyarakat, tapi juga berdampak pada sosial dan ekonomi keluarga. Dengan diberlakukannya kebijakan PPKM oleh pemerintah membuat sebagian besar aktifitas seperti belajar, bekerja dan beribadah dilakukan di rumah. Keadaan ini disatu sisi bisa menjadi hal positif karena bisa merekatkan kebersamaan dalam keluarga yang selama ini mungkin terabaikan.
Sebagai bagian penting dari masyarakat, keluarga telah menjadi objek dan subjek yang menentukan arah bangsa ini. Kondisi psikologis keluarga dalam menghadapi dampak pandemi Covid-19 merupakan salah satu faktor penting dan sangat menentukan dalam mengatasi dinamika permasalahan yang terjadi. Oleh karena itu, bisa dikatakan di masa pandemi Covid-19 saat ini ketahanan keluarga sedang diuji. Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat, dan pembawa utama dan utama untuk menanamkan nilai-nilai ke dalam diri umat manusia. Manusia merupakan bagian penting dari pembangunan bangsa Indonesia, manusia adalah objek sekaligus subyek utama pembangunan.
Pada periode ke-2 pemerintahan Jokowi, pembangunan pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) menjadi prioritas utama program kerja pemerintah lima tahun kedepan, dengan tetap memperhatikan aspek pembangunan fisik dan ekonomi. SDM yang berasal dari keluarga berkualitas akan menjadi subyek/pelaku yang mendorong terjadinya percepatan pembangunan. Pertumbuhan ekonomi yang terjadi akan tidak berarti jika tidak dibarengi dengan peningkatan ketahanan dan kesejahteraan keluarga. Disinilah sosok ayah sangat di butuhkan untuk bisa memimpin keluarganya dalam menghadapi masa pandemi Covid-19.
Menurut Dr Wisnu Wijanarko, sarjana Universitas Jenderal Sudirman (Unsoed) Purwokerto, peran ayah sangat penting bagi keluarganya, terutama dalam melaksanakan protokol kesehatan dan memberikan dukungan emosional bagi anak-anak, sehingga mereka dapat mengatasi pandemi ini. Tidak akan merasa cemas dan lelah dalam keadaan tersebut. Hal ini karena ayah adalah panutan bagi keluarga. Menurut Wisnu, di masa pandemi, para ayah perlu lebih banyak bermain dengan anak-anaknya. Tujuannya agar anak-anak merasa senang dan mengajari mereka bahwa rumah adalah tempat paling nyaman dan aman dalam situasi saat ini. Belajar dan beribadah di rumah bukanlah sebuah tekanan, melainkan sebuah penyesuaian. Selain itu, dikatakan bahwa citra ayah adalah bagian tak terpisahkan dari keluarga yang harmonis dan energik. Meskipun di rumah bukan berarti anggota keluarga lantas melonggarkan diri selama PPKM. Pasalnya, virus Corona dapat menyebar dengan mudah melalui droplet (percikan cairan) dari mulut atau hidung. Di rumah, mungkin saja terjadi penularan dari orang tua ke anak atau dari cucu kepada kakek/nenek atau dari kerabat yang tinggal bersama. Oleh karenanya, seorang ayah hendaknya bisa memimpin dan membawa keluarganya untuk tetap patuh pada standar protokol kesehatan. Protokol ini mencakup 4 hal, yaitu protokol kesehatan keluarga secara umum, protokol kesehatan ketika ada anggota keluarga yang terpapar COVID-19, protokol kesehatan ketika ada anggota keluarga yang beraktivitas di luar rumah, dan terakhir protokol kesehatan di lingkungan sekitar rumah ketika ada warga terpapar.