Hnews.id | Saat mengatasi penyakit, pengambil keputusan program diharapkan untuk memikirkan sistem. Sama seperti penanganan COVID-19, meski menjadi ranah kesehatan, namun dalam menanganinya harus melibatkan koordinasi berbagai lintas sektor lintas program. Para pemimpin perlu melakukan upaya yang besar untuk menyatukan pengambil keputusan di seluruh lintas sektor lintas program dan memperluas informasi mereka ke bawah untuk menjadi tujuan dan komitmen untuk mengatasi COVID-19. Koordinasi antar lintas sektor lintas program, dilakukan mulai dari proses perencanaan proyek, pengorganisasian, mobilisasi, pemantauan, pengendalian dan evaluasi. Dalam proses perencanaan program, siklus pemecahan masalah harus diperhatikan, ada beberapa langkah:
- Analisa Situasi
- Identifikasi masalah
- Menetapkan prioritas masalah
- Menetapkan tujuan
- Melakukan analisis untuk memilih alternatif kegiatan terbaik
- Menyusun rencana sumber daya menjadi rencana operasional
Seluruh langkah di atas wajib dilakukan secara sistematis. Analisa situasi merupakan langkah awal pada perencanaan yang wajib dijalankan dengan menggunakan baik yang akan berpengaruh dalam termin-termin selanjutnya. Caranya, menggunakan dan melihat data penyebaran kasus, melakukan pemetaan kasus, dan memperhatikan potensi yang terdapat pada setiap wilayah sehingga bisa membantu penanggulangan COVID-19. Misalnya budaya saling membantu pada suatu wilayah. Maka pada hal ini sangat diharapkan koordinasi dengan para stakeholder yang dekat menggunakan masyarakat setempat. Dalam proses identifikasi perkara pada penanggulangan COVID-19, yaitu perkara-perkara yang disebabkan lantaran pandemi COVID-19 contohnya stigma pada tenaga kesehatan, penurunan kualitas hidup dan perkara yang ada pada aplikasi penanggulangan COVID-19 misalnya perkara ketidakpatuhan masyarakat pada protokol kesehatan. Sehingga bisa diperoleh citra mengenai perkara kesehatan juga non-kesehatan yang terdapat dan faktor-faktor yang mempengaruhi perkara tersebut, yang adalah tujuan berdasarkan analisis ini.
Pada akhirnya akan diperoleh output berdasarkan analisis ini yakni titik tolak perencanaan penanggulangan COVID-19 terpadu. Dalam langkah selanjutnya diikuti aktivitas buat merumuskan kasus secara jelas, sekaligus memilih prioritas kasus-kasus tersebut. Yang dimaksud kasus pada perencanaan penanggulangan COVID-19 tidak hanya terbatas dalam kasus gangguan kesehatan saja. Namun mencakup seluruh faktor yang mempengaruhi kesehatan penduduk (lingkungan, perilaku, kependudukan, dan pelayanan kesehatan). Kemudian dilakukan prioritas kasus. Dalam memilih prioritas kasus wajib dilaksanakan dengan melibatkan semua unsur terkait, termasuk rakyat. Sehingga kasus yang ditetapkan buat diatasi berdasarkan keingingan masyarakat. Sehingga pada pelaksanaan penanggulangan COVID-19, rakyat bisa berperan aktif untuk menyusun tujuan sehingga sinkron dengan kebutuhan. Dalam menyusun cara lain pemecahan kasus pada penanggulangan COVID-19 yakni menggunakan berpikir kreatif dan menuntaskan aneka macam kasus yang terdapat dengan menemukan akar kasus.
Buat menanggulangi perihal ini, butuh pendekatan pada tokoh masyarakat yang dipercaya buat menolong mengedukasi serta mengarahkan masyarakat. Contoh lain permasalahan ketidakpatuhan masyarakat dalam memakai masker. Di tiap wilayah bisa jadi sama perkaranya tetapi berbeda pemicu perkaranya. Di sesuatu wilayah, ketidakpatuhan disebabkan masyarakat tersebut tidak mempunyai masker serta tidak sanggup membeli masker. Di tempat lain pemicu dapat berbeda, bisa jadi masyarakat sanggup membeli masker tetapi merasa tidak aman memakai masker. Ataupun merasa tidak yakin dengan COVID- 19. Perbandingan pemicu permasalahan, berbeda pula treatment yang diberikan oleh regu penanggulangan COVID- 19. Perihal ini terkesan rumit. Namun dengan berpikir sistematis serta pas target hendak memudahkan pencapaian tujuan dalam penanggulangan COVID- 19. Dalam sesi terakhir, proses perencanaan ialah menyusun rencana sumber energi jadi rencana operasional.
Pada tahap kedua yaitu pengorganisasian penanggulangan COVID-19. Selain ada Satgas COVID-19, perlu ditambahkan tim pendukung di lapangan, yang dekat dengan masyarakat. Misalnya kepala desa/kelurahan dan dibantu timnya (Ketua RT/RW). Keikutsertaan mereka akan membantu proses penemuan kasus baru, mengatasi masalah stigma, dan dampak yang ditimbulkan oleh COVID-19. Ketakutan masyarakat untuk di-tracing karena takut dampak sosial serta ekonomi yang timbul jika masuk kelompok yang perlu diisolasi, perlu segera diatasi. Caranya, dengan komunikasi yang baik dan efektif antara pelaksana program dengan masyarakat.
Oleh karena itu, Satgas COVID-19 sangat butuh regu yang bergerak langsung pada masyarakat yang jadi perpanjangan tangan antara Satgas COVID-19 dan masyarakat. Mereka wajib sanggup mejelaskan, mengarahkan, serta menampung aspirasi masyarakat, tercantum apa yang diperlukan masyarakat sepanjang pandemi COVID-19. Pada sesi penggerakan wajib fleksibel. Oleh sebab itu, sesi penggerakan dalam penerapan penanggulangan COVID- 19 wajib terus menjajaki pergantian di dalam masyarakat. Masalah-masalah baru yang mencuat wajib lekas dituntaskan. Misalkan terjalin pergantian keadaan dikala lonjakan mobilisasi masyarakat disebabkan tingkatan kejenuhan masyarakat selama di rumah. Sehingga banyak masyarakat mobile sehingga dibutuhkan kebijakan baru buat mengatasi permasalahan ini dengan koordinasi lewat instansi terkait. Misalkan pembatasan masuk daerah wilayah wisata dengan mengharuskan test antigen swab, koordinasi dengan satgas COVID-19 buat monitoring kepatuhan protokol kesehatan, serta yang lain. Ada pula keresahan masyarakat terhadap pergantian kebijakan wajib ditangani dengan uraian serta pengarahan langsung lewat regu yang sudah ditunjuk buat langsung menarangkan pada masyarakat. Koordinasi tidak wajib secara langsung, tetapi pula lewat media sosial, semacam tim WhatsApp, Telegram, pertemuan teratur lewat media zoom meeting, serta yang lain. Komunikasi tidak dapat dicoba cuma sekali, tetapi teratur memonitoring pertumbuhan di masyarakat.
Pemantauan dilakukan menurut sasaran & aktivitas yg sudah direncanakan selama proses acara berlangsung. Dalam penanggulangan COVID-19, tujuan primer merupakan fokus penyebaran COVID-19 & peningkatkan taraf kesembuhan pasien COVID-19. Pada termin evaluasi, output pengukuran capaian kinerja selama saat berjalan, yg berkontribusi terhadap outcome yg ditetapkan pada planning strategis & planning operasional. Evaluasi capaian kinerja dilakukan, diantaranya menggunakan analisis membandingkan antara apa yg direncanakan menggunakan apa yg dihasilkan. Disertai menggunakan taraf capaian pada berukuran kuantitatif yg tertera pada penetapan indikator yg terdiri atas indikator input & indikator output . Dalam evaluasi, kita bisa menilai efisiensi, efektivitas, & efek berdasarkan acara penanggulangan COVID-19.
Pada sesi pemantauan serta pengendalian bertujuan tingkatkan efisiensi serta daya guna dari program penanggulangan COVID-19. Pemantauan dilakukan menurut sasaran & aktivitas yg sudah direncanakan selama proses acara berlangsung. Dalam penanggulangan COVID-19, tujuan primer ialah fokus penyebaran COVID-19. Peningkatkan taraf kesembuhan penderita COVID-19. Pada termin penilaian, output pengukuran capaian kinerja sepanjang dikala berjalan, yang berkontribusi terhadap outcome yang disampaikan pada planning strategis dan planning operasional. Penilaian capaian kinerja dicoba, antara lain memakai analisis menyamakan antara apa yang direncanakan memakai apa yang dihasilkan. Diiringi memakai taraf capaian pada berdimensi kuantitatif yang tertera pada penetapan penanda yang terdiri atas penanda inputvdan penanda output. Dalam penilaian, kita dapat memperhitungkan efisiensi, daya guna atau dampak bersumber pada kegiatan penanggulangan COVID-19.