Hnews.id | Terapi perilaku (Behaviour Therapy) mengacu pada penanganan psikologis, yang didasarkan pada psikologi bersifat percobaan dan diharapkan dapat merubah gejala dan perilaku yang menyimpang. Artinya terapi perilaku ini merupakan pemberian tindakan pada klien yang ditujukan untuk menghilangkan gejala-gejala yang dirasakan klien maupun mengganti perilaku klien yang menyimpang dengan perilaku yang baru. Ketika perawat memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan jiwa, khususnya gangguan jiwa kronis, terapi perilaku ini perlu dipertimbangkan untuk diberikan kepada klien gangguan jiwa kronis.
Sebagian besar klien dengan gangguan jiwa kronis yang dirawat diruang perawatan Rumah Sakit Jiwa menunjukkan perilaku yang menyimpang dan sering membahayakan dirinya sendiri, orang lain dan lingkungannya. Bentuk perilaku yang sering ditunjukkan klien gangguan jiwa kronis adalah perilaku menarik diri, dan perilaku tidak mau merawat diri. Bahkan tidak jarang klien gangguan jiwa yang mencoba melarikan diri berulang-ulang dengan alasan yang tidak jelas. Peran perawat sebagai pemberi pelayanan kesehatan harus dapat memahami dan menerapkan terapi perilaku ini secara tetap kepada klien gangguan jiwa kronis. Perawat dapat menggunakan diri secara tepat di depan klien, perawat harus mempunyai pemahaman yang baik tentang terapi perilaku. Pemahaman ini juga dapat menghapus pandangan buruk atau stigma perawat terhadap perilaku menyimpang yang dilakukan oleh klien gangguan jiwa kronis.
Salah satu contoh kasus yang banyak di temui yaitu klien hanya dikenalkan cara mengontrol halusinasi dengan cara menghardik isi halusinasi, melakukan aktivitas, bercakap-cakap dengan orang lain dan minum obat. Setelah diajarkan semua, perawat merasa sudah selesai tugasnya, tanpa memperhatikan apakah yang telah diajarkan itu sudah menjadi perilaku yang baru untuk mengontrol halusinasi atau belum.
Terjadi hal ini karena kurangnya pemahaman perawat tentang pelaksanaan terapi perilaku. Terapi perilaku (behavioral therapy) merupakan bentuk psikoterapi yang dapat dilakukan oleh psikiater, psikolog maupun perawat yang fokus pada pelaksanaan metode tertentu untuk merubah perilaku menyimpang (maladaptif) menjadi perilaku yang baru yang adaptif (yang baik). Untuk melakukan hal ini, terapis perilaku menggunakan gabungan teknik yang sering digunakan untuk mengobati gangguan psikologis. Perilaku klien dipengaruhi oleh masalah psikologis. Perilaku yang bermasalah biasanya akibat dari pembelajaran, lingkungan, dan pengaruh dari luar.
Terapi perilaku menggunakan teknik yang beragam. Teknik yang dipilih adalah teknik yang memiliki tingkat keberhasilan paling tinggi, tergantung pada kondisi setiap pasien. Apabila teknik yang utama tidak berhasil, terapis dapat mengubah teknik yang digunakan. Agar dapat berhasil, terapi ini harus terus dilakukan sampai mendapatkan hasil yang diinginkan.
Beberapa klien hanya membutuhkan terapi untuk waktu yang singkat, sedangkan ada juga klien yang membutuhkan terapi untuk waktu yang lama. Terapi ini biasanya digabungkan dengan pemberian obat-obatan yang harus dikonsumsi sesuai dengan resep dokter untuk mencegah efek samping. Biasanya, semakin baik respon klien terhadap terapi, maka semakin berkurang juga kemungkinan ia akan membutuhkan obat-obatan. Oleh karena itu, terapis perilaku dapat mengurangi dosis obat secara bertahap atau secara perlahan mengurangi peran obat-obatan dalam proses pengobatan keseluruhan.
Pelaksanaan Terapi Perilaku
Pelaksanaan terapi perilaku tidak lepas dari empat mayor, yang harus dipahami jelas oleh perawat, karena ketidakjelasan pemahaman terapi perilaku yang digunakan akan mempengaruhi hasil. Area yang dikembangkan dan digunakan dalam terapi perilaku antara lain : Classical Conditioning, Operant Conditioning, Social Learning Approach, dan Cognitive Behavior Therapy (Corey, 2009). Oleh karena itu perawat juga harus melakukan analisis sebuah perilaku secara tepat, hal ini penting karena perawat tidak bisa sembarangan menetapkan perilaku baru yang akan diajarkan dan didesiminasi oleh klien.
Sebelum menerapkan terapi perilaku, terapis perlu memahami asal usul dan pengaruh dari perilaku maladaptif tersebut. Pertama, terkait dengan problem behaviour (perilaku yang bermasalah): apakah perilaku tersebut cenderung kekurangan atau justru kelebihan, berapa sering perilaku tersebut dilakukan, bagaimana intensitasnya dan sejak kapan perilaku maladatif tersebut terjadi. Kedua yaitu antesedents, yaitu peristiwa yang mendahului perilaku tersebut. Ketiga, konsekuensi: hal ini mengacu/merujuk pada keadaan atau tanggapan orang-orang yang ada di sekitarnya atau orang yang terkena dampak dari perilaku tersebut. Analisis juga dapat dilakukan terhadap: apakah perilaku yang ditunjukkan klien sesuai dilakukan terapi perilaku/apakah klien siap diberikan terapi perilaku tersebut (bagaimana dengan motivasi klien untuk mengatasi perilaku yang bermasalah/ apakah ada kontraindikasi terapi perilaku pada klien tersebut?. Khusus klien gangguan jiwa kronis, terapi perilaku tepat diberikan pada klien yang sudah memasuki fase recovery (pemulihan).
Pelaksanaan Terapi Kognitif
Terapi kognitif ini bertujuan untuk mengubah pola pikir, respons klien dari negatif menjadi positif. Terapi kognitif sangat sesuai dilakukan pada pasien gangguan obsesif kompulsif, gangguan cemas, gangguan panik, gangguan kebiasaan, gangguan dengan disfungsi seksual dan penyimpangan seksual, keterampilan sosial yang kurang, dan enuresis. Klien akan diminta untuk bercerita tentang keluhan klien, pada dasarnya prinsip kerahasiaan dan tidak akan menghakimi klien. Langkah-langkah CBT yaitu (1) Mendeteksi masalah. Klien akan diminta untuk menceritakan keluhan yang dialami, seperti amarah yang meledak-ledak, gagal dalam membina hubungan. (2) Menyadari perasaan dan pikiran yang muncul. (3) Mengelola pola pikir yang salah atau negatif dengan membandingkan dengan situasi yang berbeda. Klien harus memperhatikan reaksi fisik, emosional, dan psikologis yang muncul ketika klien sedang tidak dipicu oleh masalah yang muncul . (4) Membentuk kembali pola pikir yang salah atau negatif. Tahap akhir CBT adalah yang paling sulit. Klien akan diminta untuk mengevaluasi apakah cara pandang klien didasarkan oleh akal sehat atau pandangan yang keliru. Klien harus benar-benar memahami bahwa selama ini pola pikir klien yang salah.