Hnews.id | Anak dikatakan mengalami hipertermi atau demam bila anak memiliki suhu > 37,5o Celcius.Bila anak memiliki suhu tubuh > 37,5o orang tua yang khawatir akan memberikan penanganan pada anaknya yang demam, baik penanganan di rumah maupun maupun penanganan dengan membawa anak mereka mengunjungi unit pelayanan kesehatan. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan jumlah tahunan kasus demam di seluruh dunia mencapai 16-33 juta, di mana 5-60 juta di antaranya meninggal. Saat ini orang tua lebih memilih terapi farmakologi karena dianggap lebih memudahkan namun sebetulnya terdapat terapi fisik atau non farmakologis yang efektif untuk menengani demam yaitu tepid sponge.
Spons air hangat atau kompres air hangat adalah kompres spon yang terbuat dari air hangat. Menggunakan kompres air hangat ini pada lipatan ketiak dan selangkangan selama kurang lebih 10-15 menit akan melepaskan panas melalui pori-pori kulit untuk membantu mengurangi panas, melalui proses penguapan. Penanganan dengan metode ini bisa di satukan dengan pemberian obat penuruan panas untuk menurunkan pusat pengatur suhu disusunan saraf otak bagian hipotamus. Kemudian dilanjutkan kompres tepid sponging. 2 Gunakan spons hangat untuk mengirim sinyal ke bagian belakang hipotalamus, menyebabkan kulit mengalami vasokonstriksi, dan suhu tubuh diserap oleh pori-pori kulit, dan suhu tubuh diturunkan sesuai kebutuhan peneliti.
Para peneliti di dunia internasional dan Indonesia telah mempelajari secara ekstensif penggunaan metode ini untuk mengurangi kalori. Menurut penelitian yang dilakukan di Brazil tentang tepid sponge beserta pemberian obat penurun demam berupa dypirone didapatkan bahwa tepidsponge lebih efektif selama 15 menit pertama dibandingkan jika hanya diberikan obat dypirone saja (Alves, 2008). Hasil yang sama juga didapatkan pada penelitian yang dilakukan oleh The Departmentof Child Health Nursing, India menemukan bahwa pada pemberian obat penurun panas Dibandingkan dengan hanya minum obat penurun panas, penggunaan spons tepi selama 15 hingga 30 menit pertama dapat menurunkan suhu tubuh dengan lebih baik.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Bartolomeus Maling, metode tepid sponge ini dapat dijadikan rekomendasi dalam penurunan demam anak sehingga anak demam tidak tergantung dengan penggunaan terapi farmakologis. Penelitian tersebut mendapatkan bahwa tepid sponge mampu menurunkan demam pada 36 anak usia satu sampai sepuluh tahun dengan nilai rata-rata1,4oC (Maling, 2012). Hasil yang didapatkan berdasarkanThe Indonesian Journal Of Health Science sebesar 0.94 oC suhu dapat turun dengan penggunaan tepidsponge pada anak demam.
Demam tipoid pada anak umumnya mempunyai gambaran klinis demam tipoid menyerupai dengan orang dewasa. Demam tifoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang menyerang sistem retikuloendotelial, kelenjar getah bening gastrointestinal dan kandung empedu. Demam tifoid adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh Salmonella usus, terutama turunannya Salmonella typhi. Namun, bisa juga disebabkan oleh Salmonella paratyphi A, Salmonella typhi B, dan Salmonella paratyphi C.
Demam tifoid sering terjadi di beberapa negara di dunia pada numumnya terjadi di negara-negara dengan tingkat kebersihan yang rendah.Penyakit ini menjadi masalah kesehatan publik yang signifikan. Menurut data dari WHO (World Health Organization), angka kesakitan tahunan dunia adalah sekitar 17 juta, dan angka kematian demam tifoid setinggi 600.000, dimana 70% terjadi di Asia.
Metode
Penelitian menggunakan metode eksperimental. Sampel penelitian adalah anak usia 1-5 tahun diruang Amarilis RS Dr. Hafiz Cianjur sebanyak 22 orang dengan pengambilan teknik purposive sampling. Instrumen penelitian yang digunakan yaitu lembar observasi. Analisis data menggunakan uji paired t-test.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan, yaitu dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti terhadap 146 responden mengenai tepid sponge terhadap penurunan demam typhoid fever di Rumah sakit. Maka dapat disimpulkan bahwa ada efektifitas metode kompres tepid sponge terjadinya penurunan suhu tubuh.
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan kepada pihak manajemen Rumah Sakit dalam melakukan tindakan sesuai dengan SOP yang tepat dalam peningkatan kesembuhan anak.