Hnews.id | Salah satu ciri perubahan perempuan adalah terjadinya haid (menstruasi). Menstruasi merupakan proses alami yang terjadi pada setiap wanita dan merupakan tanda kematangan organ reproduksi. Menstruasi adalah pendarahan rahim yang terjadi secara periodik dan berkala. Ini adalah hasil dari hormon ovarium (estrogen dan progesteron) yang menyebabkan pelepasan (pengelupasan) endometrium. Tingkat hormon ovarium berubah pada akhir siklus ovarium, biasanya dimulai pada hari ke-14 setelah ovulasi. Menstruasi atau haid terjadi dari 24 hari hingga tidak lebih dari 35 hari dan berlangsung selama 3-7 hari. Selama haid, volume darah tidak melebihi 80 ml. Ganti pembalut 2-6 kali sehari. Menstruasi merupakan fenomena normal yang terjadi pada setiap wanita yang memasuki masa pubertas, meskipun merupakan hal yang normal, tidak semua wanita memiliki siklus menstruasi yang teratur.
Salah satu masalah kesehatan reproduksi yang sering dihadapi wanita adalah gangguan menstruasi. Gangguan yang sering terjadi yaitu siklus menstruasi yang tidak teratur, aliran menstruasi yang tidak teratur, waktu perdarahan yang lama atau tidak normal, gangguan nyeri atau dismenore, atau sindrom pramenstruasi. Menurut data World Health Organization (WHO) pada tahun 2014 rata-rata lebih dari 75% wanita pernah mengalami gangguan menstruasi. Di Swedia, sekitar 72% dan di Amerika Serikat, 94,9% gangguan menstruasi terjadi pada remaja berusia antara 12 dan 17 tahun (Omdivar 2012). Di Korea Selatan, dilaporkan tingkat siklus menstruasi yang tidak teratur di kalangan remaja adalah 19,4% (Lim et al., 2018). Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Cakir (2015) di Turki juga menunjukkan bahwa prevalensi gangguan menstruasi tertinggi (89,5%), diikuti siklus menstruasi yang tidak teratur (31,2%) dan durasi menstruasi yang lama (5,3%). Menurut Bieniasz dan lain-lain dalam studi mereka tentang gangguan menstruasi lainnya, prevalensi menoragia adalah 10,5%, oligomenore adalah 50%, amenore primer adalah 5,3%, dan amenore sekunder adalah 18,4%.
Di Indonesia, menurut data Riskesdas 2010, persentase siklus menstruasi yang tidak teratur antara usia 10-29 tahun adalah 15,2% (Riskesdas, 2010). Sementara itu, data Riskesdas 2013 menunjukkan proporsi wanita usia 10-29 tahun dengan siklus menstruasi tidak teratur adalah 16,4% (Riskesdas, 2013). Data haid tidak teratur dari tahun 2010 hingga 2013 mengalami peningkatan sebesar 1,2% dalam tiga tahun.
Jika keadaan ini terus terjadi dan tidak segera teratasi, maka akan timbul bahaya yang dapat mengancam para wanita. Jika siklus menstruasi seorang wanita tidak teratur, risiko yang dapat mengancam wanita dapat mempengaruhi tingkat kesuburan, menyebabkan polip rahim, kanker rahim, sindrom ovarium polikistik, dan kista ovarium. Menurut sebuah penelitian di Arab Saudi, tingginya prevalensi dismenore pada kelompok mahasiswi berkisar 38,1%, frekuensi siklus tidak teratur (80,7%), lama menstruasi tidak teratur (43,8%), polimenore (siklus haid <21hari) (37,5%)), Oligomenore (siklus haid >35hari) (19,3%). ) dan premenstrual syndrome (54,0%).
Siklus menstruasi yang tidak teratur dapat membuat wanita lebih sulit untuk hamil (infertilitas). Siklus menstruasi yang lebih pendek dapat menyebabkan anovulasi wanita karena sel telur tidak cukup matang untuk dibuahi. Siklus menstruasi yang berkepanjangan menunjukkan bahwa telur jarang bertelur atau wanita tidak subur untuk waktu yang lama. Jika telur jarang diproduksi, berarti akan jarang terjadi pembuahan. Siklus menstruasi yang tidak teratur juga membuat wanita sulit mengetahui kapan masa suburnya akan terjadi. Adapun beberapa faktor yang dapat mempengaruhi ketidaklancaran suatu siklus menstruasi yang banyak dialami pada wanita, antara lain :
Stress
Perubahan emosional, seperti stres, melibatkan sistem neuroendokrin dalam prosesnya dan dapat memicu gangguan menstruasi. Stres psikologis dapat menyebabkan perubahan sistemik dalam tubuh yaitu peningkatan hormon pelepas kortikotropin (CRH) yang menghambat stimulasi sekresi GnRH oleh hipotalamus dan mempengaruhi proses menstruasi.
Status Gizi
Studi menunjukkan bahwa status gizi buruk dan siklus menstruasi yang tidak teratur disebabkan oleh kebiasaan makan makanan cepat saji dan makanan berlemak tinggi. Mengonsumsi makanan tinggi lemak ini dapat mempengaruhi siklus menstruasi wanita. Ketika siklus menstruasi tidak teratur, jumlah hormon dalam tubuh mungkin bermasalah. Kondisi ini mungkin disebabkan oleh makanan yang dikonsumsi selama periode tersebut. Banyak penelitian menunjukkan bahwa orang yang rentan kekurangan gizi mengalami siklus menstruasi yang tidak teratur, karena meskipun ketersediaan lemak tubuh dibenci oleh banyak wanita, ia memainkan peran penting dalam produksi hormon. Ketika diet ketat menyebabkan kekurangan nutrisi, produksi estrogen dan progesteron akan terganggu. Siklus menstruasi menjadi kacau Siklus menstruasi yang tidak teratur akibat pola makan yang salah tidak hanya menjadi masalah bagi orang yang kurang gizi. Wanita yang kelebihan berat badan atau obesitas juga memiliki gangguan menstruasi
Pola Makan
Pola makan sangat berpengaruh pada siklus menstruasi karena metabolisme tubuh yang terjadi dalam diri seseorang memerlukan bahan yang terdapat dalam makanan. Jika kebutuhan metabolisme tercukupi dengan baik maka semua proses yang terjadi dalam tubuh akan berjalan dengan baik misalnya siklus menstruasi. Sebaliknya jika terjadi kekurangan atau kelebihan zat yang dikonsumsi maka akan menimbulkan ketidakteraturan pada proses metabolisme yang terjadi dalam tubuh dan salah satu akibatnya adalah siklus menstruasi tidak teratur.
Pola Tidur
Pola tidur berhubungan dengan siklus menstruasi dimana pola tidur erat kaitannya dengan aktivitas tubuh. Orang yang tidurnya kurang dan tidak berkualitas akan mempengaruhi metabolisme dalam tubuhnya, hal ini lah yang menjadi salah satu penyebab ketidakteraturan siklus menstruasi
Keadaan Psikologis
Menurut peneliti, keadaan psikologis berhubungan dengan ketodakteratuan siklus menstruasi. Stres dapat disebabkan banyak fikiran seperti tugas kampus, pekerjaan, masalah keluarga, dan masalah lingkungan.
Olahraga
Olahraga berlebihan dapat menyebabkan terjadinya disfungsi hipotalamus yang menyebabkan gangguan pada pulsasi GnRH. Hal tersebut menyebabkan terjadinya Menarche yang tertunda dan gangguan siklus menstruasi. Faktor utama penyebab supresi GnRH pada wanita adalah penggunaan energi berlebihan yang melebihi pemasukan energi pada wanita yang melakukan olahraga berlebihan.