Hnews.id | Lupa merupakan hal yang wajar bagi manusia, tapi jika terus menerus lupa akan hal kecil dapat mengganggu aktivitas sehari-hari bahkan menjadi beban mental, fisik, dan ekonomi terutama kepada keluarga, dan kerabat yang terdekat di sekitar penderita demensia. Tak bisa di pungkiri, seiring bertambahnya usia, setiap orang akan mengalami penurunan kemampuan fisik bahkan kemampuan untuk mengingat. Lupa akan nama orang terdekat,lupa tempat meletakkan barang, lupa hari ,tanggal saat ini (disorientasi waktu),lupa mengenai hal-hal yang baru saja terjadi, lupa dengan orang yang baru saja dijumpai bahkan lupa dengan tempat yang baru saja di kunjungi. Ini adalah beberapa tanda gejala awal pada penderita demensia.
Kekhawatiran seseorang ketika usianya mulai menua salah satunya adalah menjadi pelupa (pikun) dan sulit untuk mengingat hal-hal yang baru. Tahukah kalian, demensia ternyata bukan hanya terjadi pada saat mengalami penuaan,tetapi demensia juga bisa dialami pada usia 20-an yang biasa disebut Early Onset Demensia (Young Onset Demensia).
Berikut beberapa tanda dan gejala pada penderita demensia:
Disorientasi
Menurunnya kemampuan daya ingat terhadap orang, waktu, tempat. Penderita demensia mungkin lupa bagaimana kembali ke kamarnya setelah dari kamar mandi, atau tidak tahu jalan pulang ke rumah sehingga kesasar.
Afasia
Gangguan dalam berkomunikasi yang disebabkan oleh adanya gangguan pada otak. Gangguan ini dapat mempengaruhi dalam kemampuan menulis, berbicara, bahkan kesulitan memahami kata-kata saat membaca atau mendengar. Jika hal ini berlanjut, maka penderita dapat mengalami gangguan pola bicara dan bahkan bisu.
Apraksia
Gangguan dalam melakukan gerakan meskipun kemampuan motoriknya tetap baik. Hal ini terjadi karena otot tidak mampu menerima perintah otak dengan baik. Misalnya, saat penderita sedang makan, penderita demensia tidak mampu untuk mengangkat sendok ke mulutnya, atau tidak bisa memakai pakaian.
Agnosia
Ketidakmampuan mengenali suatu benda, wajah, suara, atau tempat. Penderita semakin lama akan tidak mengenali anggota keluarga bahkan dirinya sendiri.
Gejala psikotik
Gejala ini terjadi karena adanya gangguan pada otak yang dapat mempengaruhi kerja dalam proses pemberian informasi. Penderita akan mengalami kesulitan dalam membedakan kenyataan dan imajinasi seperti berhalusinasi, bahkan waham .
Perubahan kepribadian
Perubahan sikap kepribadian pada penderita demensia akan muncul seiiring perkembangan pada penderita. Penderita akan cenderung bersifat lebih introvert dan acuh terhadap perhatian orang disekitarnya, perubahan ini membuat penderita lebih mudah marah.
Gejala lainnya
Penderita demensia akan mengalami kesulitan dalam memecahkan masalah, memberikan alasan secara logis, bahkan penderita akan mencoba menghindari kegagalan seperti mengubah topik pembicara, berkomunikasi dengan bahasa yang kasar, lelucon yang tidak sesuai, bahkan mengabaikan penampilan. Pada tahun 2012, WHO dan Alzheimer‘s Disease International (ADI) melaporkan di seluruh dunia diperkirakan 35,6 juta orang hidup dengan demensia. Jumlah ini diperkirakan menjadi dua kali lipat pada tahun 2030 dan tiga kali lipat atau sekitar 115 juta orang pada tahun 2050 . Di Indonesia pada tahun 2016, diperkirakan sekitar 1,2 juta orang penderita demensia, yang akan meningkat menjadi 2 juta orang di tahun 2030, dan sekitar 4 juta orang pada tahun 2040. Jumlah penderita demensia akan terus bertambah seiring berjalannya waktu serta makin meningkatnya umur harapan hidup masyarakat Indonesia.
Beberapa faktor pendukung yang dapat mempengaruhi terjadinya demensia seperti :
Gaya hidup (lifestyle), kurang berolahraga, kebiasaan merokok, minum alkohol, dan mengkonsumsi makanan yang tidak sehat seperti junk food.
Usia, semakin beranjak usia, semakin besar resiko terjadinya demensia. Proses penuaan menyebabkan penurunan fungsi kemampuan dalam segala hal seperti, kemampuan secara fisik, kemampuan kognitif, dan lain sebagainya.
Faktor genetik (keturunan), beberapa keluarga yang mengalami demensia dapat menurunkan penyakit ini ke generasi berikutnya nya.
Gangguan atau penyakit pada otak, demensia disebabkan adanya kerusakan atau penyakit yang ada pada otak,sehingga menyebabkan terjadinya gangguan kognitif. Gangguan kognitif ini akan mengalami penurunan dalam kemampuan mengingat dan berpikir. Gangguan ini tidak akan mengganggu fungsi seseorang dalam kehidupan sosial maupun pekerjaan.
Demensia merupakan penyakit yang tidak bisa dihindari dan tidak dapat disembuhkan. Namun kita dapat menghambat resiko terjadinya demensia sejak dini dengan melakukan aktivitas fisik secara rutin dan patuh seperti berikut :
Olahraga
Olahraga dapat mempertahankan aliran darah ke otak serta dapat meningkatkan pertahanan nutrisi ke otak. Hal ini dapat menghambat kerusakan pada jaringan otak sehingga berdampak pada fungsi kognitif. Olahraga yang mudah yang dapat direkomendasikan adalah berjalan kaki dengan intensitas sedang selama 30-60 menit dengan frekuensi 3 kali seminggu, seperti jogging, jalan santai, bersepeda, berenang, dan lain-lain yang dilakukan secara teratur. Olahraga tidak hanya membuat membuat tubuh menjadi bugar namun olahraga juga dapat meningkatkan kemampuan otak untuk membuat sel-sel baru yang membantu meningkatkan daya ingat.
Kebutuhan nutrisi
Makanan yang tepat untuk penderita demensia adalah makanan yang cukup gizi setiap hari dan makanan yang di masak sendiri. Beberapa nutrisi seperti vitamin B12 dan vitamin D sangat penting untuk penderita. Vitamin B12 berperan penting dalam menjaga kesehatan otak dan saraf. Hal yang perlu diperhatikan pada penyediaan makanan untuk penderita demensia adalah, tidak membatasi asupan nutrisi. Membatasi asupan nutrisi dapat menyebabkan terjadinya malnutrisi, sehingga dapat memperburuk terjadinya demensia.
Membaca
Membaca dapat menstimulasi otak depan serta memperbaiki fungsi otak dengan baik. Penderita dengan demensia saat membaca dapat memasukkan emosi sehingga tidak hanya menstimulasi otak depan saja, tetapi juga dapat mengatur pusat emosi di otak yakni pada daerah limbik yang ada di otak.
Menulis
Menulis dapat meningkatkan kemampuan daya ingat dan mencurahkan emosi, isi pikiran dan perasaan dalam tulisan. Membuat tulisan dalam buku harian, membuat penderita bisa mengingat memori yang telah dilewati dan mengontrol emosi.
Tertawa
Menurut beberapa penelitian, tertawa ternyata sangat berpengaruh pada penderita demensia. Pada saat kita tertawa menimbulkan respon relaksasi, membuat rasa nyaman, menciptakan rasa bahagia sehingga dapat mencegah terjadinya depresi.
Demensia bisa menjadi beban bagi penderita maupun keluarga terdekat, hal ini dikarenakan karena kurangnya pengetahuan mengenai tanda gejala, dan bahkan perawatan untuk orang yang menderita demensia . Di Indonesia kasus demensia masih sangat memprihatinkan karena di Indonesia orang yang mengalami demensia hanya terbatas pada pelayanan kesehatan rujukan yang hanya ditangani oleh dokter spesialis, sementara untuk pelayanan primer masih kurang memiliki kemampuan untuk menangani masalah demensia.