Hnews.id | Perkembangan yang sangat cepat ilmu dan teknologi (IPTEK) Kedokteran umumnya, khususnya pelayanan di kamar bedah yang berkualitas lebih baik, memaksa kita untuk selalu meningkatkan jumlah layanan maupun sarana prasarana yang dimiliki kamar bedah agar menjadi lebih unggul guna menghadapi tantangan dikancah globalisasi, seiring dengan perubahan paradigma rumah sakit di Indonesia dan tuntutan masyarakat dewasa ini tanpa harus jauh-jauh pergi keluar negeri.
Seiring dengan mulai menjamurnya perkembangan kamar bedah modern di Indonesia, tetapi menjadi ironi akibat belum dibarengi dengan perubahan kebiasaan budaya lama bagi perawat kamar bedah saat masih pada era konvensional, ditandai dengan banyak sekali kejadian yang menggambarkan belum siapnya dalam berkompetisi dan beradaptasi di Era globalisasi, diantaranya seperti dalam proses pindah angkat pasien yang dioperasi, yang masih menerapkan sistem konvensional, karena teman-teman perawat kamar bedah lebih memilih memindahkan dengan cara diangkat langsung ketimbang dengan sarana transportasi pindah angkat modern, dengan alasan “ribet/ tidak terbiasa”, sehingga menjadi penyebab meningkatnya risiko HNP (Herniasi Nucleus Pulposus) Lumbosacral terhadap rekan-rekan perawat dikamar bedah.
Kita ketahui definisi dari HNP sendiri adalah penyakit yang terjadi, ketika bantalan ruas tulang belakang bergeser dan menekan saraf tulang belakang. HNP juga dikenal dengan istilah ‘saraf terjepit’. Sedangkan etiology dari “herniasi nukleus pulposus” atau sering disebut dengan HNP, merupakan degeneratif dari diskus intervertebralis yang memberikan fleksibilitas tulang belakang, umumnya berhubungan dan dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti genetik, mekanik, dan perilaku. Lebih sering terjadi pada pria dari pada wanita dengan perbandingan/rasio 2 banding 1, pada usia kisaran 25 hingga 40 tahun.
Dewasa ini Kamar bedah merupakan ujung tombak dari sebuah rumah sakit. Proses pelayanan di pembedahan dikamar bedah merupakan hasil dari suatu kerja tim. Salah satu Personil dari Tim tersebut adalah perawat-perawat bedah yang handal, sehat dan kuat yang dapat memberikan pelayanan sesuai standar yang diakui dan diharapkan oleh pasien-pasien, baik saat ini maupun yang akan datang.
Di kancah globalisasi ini akan menjadi ironi bilamana ancaman risiko HNP (Herniasi Nucleus Pulposus) menghantui para perawat kamar bedah. Kejadian-kejadian yang terjadi diatas salah satu alasanya lebih pada mengabaikan bahaya ergonomi terjadi saat proses pindah angkat pasien operasi, dimana seperti kita ketahui 5 (lima) faktor risiko terjadinya “Back Injury” sebagai factor pencetus HNP adalah :
- Postur tubuh yang buruk
- Kondisi fisik yang buruk
- Mekanika tubuh yang tidak tepat (Posisi Statis, Mengangkat, Membungkuk, Mendorong)
- Pengangkatan salah
- Pekerjaan membutuhkan energi tinggi.
Semua bahaya ergonomi itu terjadi akibat dari tindakan-tindakan oleh perawat kamar bedah yang dapat memicu timbulnya dampak dan risiko terkena HNP seperti tindakan yang memaksa (force), pengulangan (repetition) terus-menerus, sikap (posture), durasi (duration). Mengingat besarnya peran kamar bedah dan melihat banyaknya angka kejadian HNP dikamar bedah tersebut maka perawat kamar bedah harus dikelola serta dicarikan metode yang aman dalam rangka menurunkan kejadian HNP pada perawat kamar bedah, berupa cara yang dinamakan solusi ergonomis diantaranya adalah sebagai berikut :
- Enginnering Control dengan cara Mendesain ulang workstation or tools, Kontrol getaran, Otomatisasi, perangkat pengangkat mekanis
- Administrative Control, membuat beberapa perubahan kebijakan berupa : Rotasi karyawan, Pembesaran tugas pekerjaan, Penyesuaian kecepatan kerja, Desain ulang metode kerja, Tugas alternatif, Istirahat Istirahat / Peregangan (Latihan)
- Work Procedure dengan cara mengkaji Prosedur kerja yang saat ini diterapkan dan melakukan : Perubahan prosedur atau metode kerja, teknik & prosedur kerja, Kurangi beberapa faktor yang berkontribusi, Pengawasan berkelanjutan dan konsisten, Continous Monitoring on Ergonomics Problems among employees
- PPE ( Personnel Pertective Equipment ) ketersediaan alat pelindung diri
- Training yang berkaitan dengan masalah ergonomi di antara karyawan (perawat kamar bedah).
Untuk mewujudkan sumber daya perawat kamar bedah yang kuat, sehat dan kompeten guna menekan angka kejadian HNP dikamar bedah, khususnya pada perawat-perawat bedah, perlu memperhatikan konsep terpenting dalam ergonomic position, yaitu menekankan pada proses : Pencegahan sebagai strategi terpenting, permasalahan ergonomi berkaitan dengan : Lingkungan kerja, good work practices, dan kesadaran perawat kamar bedah itu sendiri. Kita harus selalu ingat bahwa setiap orang memiliki keterbatasan fisik atau “comfort zone” yang dapat ditolerans. Kondisi memaksakan diri diluar kemampuan tubuh kita bukanlah tindakan yang bijaksana. Salam sehat bagi perawat kamar bedah dimanapun anda berada.