Hnews.id | Pandemi COVID-19 tidak hanya menimbulkan dampak pada aspek sosial ekonomi, namun juga kondisi kesehatan mental masyarakat. Seperti kita ketahui bersama bahwa pada tahun ajaran baru bulan Juli 2020 sebagian besar anak-anak Indonesia masih harus menjalani kegiatan sekolah dari rumah masing-masing. Meskipun new normal telah digaungkan, tentunya masih banyak sekali batasan bagi anak-anak untuk dapat beraktivitas di luar rumah. Mereka belum dapat berjumpa dan bermain bersama teman-teman sekolah, serta belum dapat dengan bebas mengujungi tempat-tempat yang mereka sukai seperti kolam renang, playground, atau tempat rekreasi. Tekanan akan berpotensi menjadi lebih kuat manakala para orang tua yang bekerja, sudah mulai harus bekerja di kantor dan meninggalkan anak-anak mereka di rumah.
Perubahan pada aktivitas sehari-hari bagi anak dan remaja ini tidak hanya berdampak pada aspek fisik mereka saja, namun juga pada aspek kesehatan jiwa karena perubahan-perubahan tersebut terjadi dalam waktu yang cukup cepat karena adanya COVID-19 ini. Karna itu adanya pembatasan sosial ini membuat muncul rasa takut yang berlebihan pada anak dan remaja karena banyaknya informasi yang mereka terima tentang pandemi ini. Dan ini akan membuat mereka merasa terbebani, stres, cemas, hingga fungsi sistem organ menjadi menurun. Saat daya tahan tubuh menurun karena fungsi sistem organ yang turun, maka gejala fisik pun akan timbul.
Selain itu, pembatasan sosial juga membuat anak dan remaja merasa bosan karena harus berdiam diri di rumah dan tidak bisa berinteraksi secara langsung dengan teman-temannya. Anak dan remaja usia sekolah juga harus mengalami proses belajar sendiri. Masih dari studi yang sama, 37% anak tidak bisa mengatur waktu belajar, 30% anak kesulitan memahami pelajaran, dan 21% anak tidak memahami instruksi guru. “Kekerasan emosional orangtua yang tidak dapat terkontrol dapat menyebabkan anak menjadi merasa stress dan tertekan apalagi di masa pandemi ini tidak boleh kemana-mana tentu saja kebosanan terjadi ketika mereka harus berada di rumah dengan waktu yang sangat lama”.
Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan RI telah melakukan upaya menangani isu kesehatan jiwa anak dan remaja selama masa pandemi, yakni dengan membuat regulasi yang menitikberatkan arah dari setiap kebijakan pada terwujudnya masyarakat yang peduli pada kesehatan jiwa.
Menjaga kesehatan jiwa anak dan remaja di era pandemi
- Orang tua tenang anak tenang
- Lebih bijak memilah informasi
- Menjaga komunikasi dengan keluarga dan sahabat
- Membuat rutinitas sendiri
- Kendalikan stress
Terakhir ia juga menghimbau kepada masyarakat untuk selalu tetap patuhi protokol kesehatan pada situasi apapun. “Imunitas penting dalam konteks covid, jangan sampai tadi kesehatan jiwa dia turun, kemudian mengganggu imunitas yang dibutuhkan di dalam Covid ini,”