Kesehatan Mental dan Emosi

Sumber:yogya.ayoindonesia.com/2021

Hnews.id | Berbicara tentang manusia adalah topik yang tidak ada habisnya. Di berbagai sekolah psikologi, seperti psikoanalisis (klasik) Sigmund Freud (Sigmund Freud) percaya bahwa perilaku manusia sangat dipengaruhi oleh masa lalu, yaitu impuls fisiologis bawah sadar yang selalu membutuhkan kepuasan kesenangan segera. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika psikoanalisis menganggap sifat manusia itu buruk, liar, kejam, tidak bermoral, egois, penuh nafsu, dan berorientasi pada kesenangan fisik. Namun, para psikolog humanistik cenderung menolak sepenuhnya pandangan bahwa sifat manusia biasanya penelitian ilmiah. Menurut para psikolog, psikologi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia, termasuk yang terlihat dan tidak terlihat, karena perilaku manusia merupakan manifestasi dari gejala psikologis.

Sebanyak 29% penduduk dunia adalah kaum muda, dan 80% di antaranya tinggal di negara berkembang. Menurut Sensus Penduduk Indonesia 2005, jumlah remaja usia 10-19 tahun sekitar 41 juta (20% dari total penduduk Indonesia pada tahun yang sama). Di era globalisasi ini, kaum muda yang tinggal di kota-kota besar di Indonesia, termasuk kaum muda yang tinggal di pedesaan, harus menghadapi banyak tantangan, seperti persyaratan sekolah yang lebih tinggi, komunikasi/akses internet yang gratis, dan siaran media tertulis. Mereka harus menghadapi kondisi yang berbeda ini, baik positif maupun negatif, baik dari kondisi mereka sendiri maupun dari lingkungan. Oleh karena itu, anak muda harus memiliki berbagai keterampilan dalam hidup agar dapat mencapai kesuksesan terbaik pada tahap ini.

Masa remaja merupakan masa yang penuh gejolak. Pada saat ini, mood (suasana hati) akan berubah dengan cepat. Perubahan suasana hati yang parah pada remaja ini biasanya disebabkan oleh beban pekerjaan rumah, pekerjaan sekolah, atau aktivitas sehari-hari. Meskipun mood remaja berubah dengan cepat, hal ini belum tentu merupakan gejala atau masalah psikologis. Dalam hal kesadaran diri, kesadaran diri remaja telah mengalami perubahan yang luar biasa. Mereka mudah terpengaruh oleh pendapat orang lain karena menurut mereka orang lain mengagumi atau mengkritik mereka sama seperti mereka mengagumi atau mengkritik diri mereka sendiri. Anggapan ini membuat anak muda lebih memperhatikan diri dan citra dirinya.

Remaja seringkali menganggap dirinya sangat unik, bahkan anggapan bahwa dirinya selalu diperhatikan oleh orang lain pun menjadi tidak berdasar. Pada masa ini, remaja mulai menghadapi kenyataan dan tantangan, serta perlu menyesuaikan mimpi dan fantasinya untuk beradaptasi dengan kenyataan. Remaja juga sering menganggap dirinya serba bisa, sehingga sering dianggap tidak mempertimbangkan akibat dari tindakannya. Perilaku impulsif sering dilakukan, sebagian karena mereka tidak sadar atau terbiasa mempertimbangkan konsekuensi jangka pendek atau jangka panjang.

Remaja yang memiliki kesempatan untuk bertanggung jawab atas tindakannya akan tumbuh menjadi orang dewasa yang lebih berhati-hati, percaya diri, dan bertanggung jawab. Rasa percaya diri dan rasa tanggung jawab seperti inilah yang menjadi dasar bagi remaja untuk membentuk identitas yang positif. Di masa depan, ia akan tumbuh dengan evaluasi diri yang positif dan rasa hormat terhadap orang lain dan lingkungan. Orang muda membutuhkan bimbingan orang dewasa, sebagai acuan bagaimana menghadapi masalah bagi pendatang baru, mereka akan mencari berbagai saran dan mencoba berbagai metode.

Remaja akan membayangkan bagaimana idola mereka akan memecahkan masalah ini. Pemilihan idola ini juga akan menjadi sangat penting bagi para remaja. Dilihat dari perubahan beberapa aspek remaja tersebut di atas, kemungkinan perilaku dapat terjadi saat ini. Ini termasuk perilaku yang menimbulkan risiko dan berdampak negatif pada kaum muda. Perilaku yang menimbulkan risiko pada masa remaja, seperti penggunaan alkohol, tembakau, dan zat-zat lain; aktivitas sosial yang berganti-ganti pasangan dan memerangi perilaku berbahaya, seperti balap motor, mendaki gunung, dll. Ada banyak alasan untuk perilaku berbahaya, yang terkait dengan motivasi anti-takut, takut dianggap inferior, kebutuhan untuk mempertahankan identitas laki-laki dan motivasi kelompok (seperti tekanan).

Macam-Macam Emosi

Berdasarkan aktivitasnya, perilaku emosional dapat dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu: ketakutan, kecemburuan, kegembiraan, kemarahan, dan cinta. Tiga faktor yang berperan di dalamnya, yaitu;

1. Faktor individu, yaitu kematangan otak dan fisik genetik (termasuk temperamen).

2. Faktor dalam gaya pengasuhan selama masa kanak-kanak dan pra-remaja.

3. Faktor lingkungan, yaitu kehidupan keluarga, budaya lokal dan budaya asing.

Padahal, setiap remaja mungkin mencapai kematangan kepribadian sehingga dapat menghadapi tantangan hidup secara adil di lingkungan, namun jika tidak didukung oleh faktor fisik dan lingkungan yang cukup, potensi tersebut tentu tidak akan berkembang secara optimal. Oleh karena itu, selalu ada faktor risiko dan faktor protektif dalam pembentukan kepribadian remaja.

Related posts