Sakit Gigi Berpengaruh Terhadap Kesehatan Jantung

Sumber:hellosehat.com/2022

Hnews.id | Pengetahuan masyarakat di Indonesia terhadap kesehatan gigi dan mulut masih kurang. Hal ini dapat dilihat dari hasil data Riskesdas (2018) bahwa secara nasional, sebanyak 57,6% penduduk Indonesia memiliki masalah terhadap kesehatan gigi dan mulut selama 12 bulan terakhir, namun hanya 10,2% yang memperoleh perawatan dari tenaga medis gigi. Hasil data Riskesdas tahun 2018 menerangkan bahwa rasio tertinggi masalah gigi di Indonesia adalah gigi rusak/berlubang/sakit (45,3%), sedangkan masalah kesehatan mulut yang sebagian besar dialami masyarakat Indonesia adalah gusi bengkak atau keluarnya bisul (abses) sebesar 14%. Proporsi karies di Indonesia adalah sebesar 88,8% dengan proporsi karies akar sebesar 56,6%. Berdasarkan grafik data dari Riskesdas (2018) dapat disimpulkan bahwa proporsi karies cenderung tinggi di atas 70% pada semua kelompok umur. Karies timbul dikarenakan mengkonsumsi gula yang berlebihan dan menjadi plak (sisa-sisa makanan serta bakteri), serta kurangnya perawatan kesehatan gigi.

Dilihat dari kedalamannya karies gigi terbagi menjadi tiga yaitu karies superficialis, karies media, karies profunda. Akan terjadi pulpa yang terbuka dan didapati bermacam-macam radang pulpa yang diakibatkan oleh karies profunda yang tidak dirawat. Penyakit pada area mulut terbukti dapat menyebabkan penyakit pada jantung, dengan teori fokal infeksi yang merupakan sentral di bagian dalam tubuh sehingga kuman dapat meluas jauh ke tempat lainnya di dalam tubuh dan menimbulkan penyakit. Infeksi bersumber dari salah satu bagian tubuh yaitu berasal dari gigi yang mengalami infeksi dalam jangka waktu yang cukup lama (kronis). Salah satu penyebaran kuman dari pusat infeksi dibawa melalui aliran darah/lymphe.

Selain karies penyakit pada gusi (periodontal) menjadi urutan ke 11 penyakit yang paling banyak terjadi di dunia. Periodontal adalah penyebab utama hilangnya gigi pada orang dewasa. Diawali dengan adanya gangguan gingivitis (pembengkakan pada gusi akibat plak), jika tidak diobati akan menjadi periodontitis (infeksi yang dapat menghancurkan gigi dan jaringan sekitarnya) sehingga menyebabkan terjadinya inflamasi kronis pada jaringan penyangga gigi yang terdiri dari gingiva, tulang alveolar, ligamen periodontal, dan sementum. Periodontitis merupakan faktor resiko beberapa penyakit sistemik. Pada kondisi periodontitis sering didapatkan adanya peningkatan tanda-tanda inflamasi, yang juga merupakan indikator dari faktor risiko penyakit jantung koroner. Bakteri yang berasal dari poket periodontal dapat masuk ke dalam aliran darah selama terjadi aktivitas pada rongga mulut misalnya saat mengunyah dan menggosok gigi. Infeksi dari sturuktur periodontal dapat mempercepat pembentukan aterosklerosis yang menjadi penyebab penyakit jantung koroner dengan cara menimbulkan inflamasi sistemik melalui pelepasan endotoksin, protein, atau reaktor fase-akut. Penyakit jantung koroner adalah kondisi yang terjadi karena adanya penumpukan plak di arteri jantung sehingga mengakibatkan pasokan darah ke jantung terganggu.

Berdasarkan tingkat pendidikan menurut hasil data Riskesdas (2018), semakin tinggi tingkat pendidikan maka akan semakin baik perilaku menyikat gigi dan dari 57,6% penduduk Indonesia yang memiliki masalah kesehatan gigi, umumnya dari 42,2% memilih untuk melakukan penyembuhan sendiri. Sehingga masyarakat perlu dilibatkan dalam pendidikan pengetahuan khususnya mengenai kesehatan gigi dan mulut. Upaya promotif dan preventif merupakan salah satu sarana pendidikan kesehatan untuk menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok, atau individu yang diharapkan dapat menambah pengetahuan kesehatan yang lebih baik. Promosi kesehatan merupakan salah satu sasaran di bidang kesehatan untuk pemberdayaan masyarakat. Sasaran primer yang harus diberdayakan adalah masyarakat itu sendiri sehingga mereka dapat memelihara dan meningkatkan kesehatan.

Masyarakat berpotensi untuk menjadi kader kesehatan gigi dan mulut dan menjadikan salah satu upaya untuk menjaga kebersihan mulut yang efektif serta mejadikannya sebuah kebiasaan karena para kader dapat menyampaikan kepada masyarakat secara langsung. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2012 telah menetapkan tujuan pelatihan kader kesehatan gigi dan mulut secara umum adalah untuk mengubah perilaku individu, masyarakat di bidang kesehatan gigi. Tujuan ini adalah agar dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui peningkatan pengetahuan, keterampilan tentang cara menyikat gigi yang benar dan menjaga kebersihalan mulut dan gigi.

Related posts