Hnews.id | Salah satu strategi dalam perawatan pasien kritis modern adalah dengan menggunakan teknologi informasi (IT) untuk meningkatkan perawatan pasien, efisiensi dokter, dan hasil pasien. Aplikasi teknologi dan inovasi berkembang cepat demi untuk menghentikan penyebaran penyakit, merawat pasien, dan mengurangi beban dari petugas kesehatan, serta pengembangan vaksin baru yang efektif. Salah satu manajemen COVID-19 di China yang harus kita pelajari adalah penggunaan robot untuk memberikan layanan dan perawatan bagi mereka yang dikarantina atau melakukan social distancing. Indonesia perlu melakukan inovasi untuk menyelamatkan sumber daya yang ada, salah satunya sumber daya manusia. Jumlah tenaga kesehatan tidak diimbangi dengan jumlah kasus dalam situasi pandemi.
Pendahuluan
Coronavirus Disease (COVID-19) adalah sebuah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus baru. Penyakit tersebut menyebabkan penyakit pada respiratori atau pernapasan. Seperti halnya penyakit flu, penyakit corona memiliki gejala seperti batuk, demam dan kesulitan dalam bernafas jika kondisi sudah parah. Virus Corona menyebar dengan cepat melalui kontak fisik dengan orang yang terinfeksi. Penyakit Corona termasuk dalam penyakit pandemi dimana penyebaran penyakit tersebut hampir mencapai seluruh negara di dunia. Tercatat lebih dari 79 juta kasus terkonfirmasi dengan lebih dari 1,7 juta orang meninggal dunia akibat infeksi virus corona yang terjadi di 222 negara. Sedangkan di Indonesia, jumlah kasus positif yang terkonfirmasi lebih dari 700 ribu dengan jumlah pasien yang meninggal dunia lebih dari 21 ribu (Satgas Penanganan COVID-19, 2020). Kasus tersebut masih terus bertambah setiap harinya. Sehingga hal tersebut tentu perlu menjadi perhatian karena pasien terkonfirmasi COVID-19 harus ditangani secara khusus.
Hingga saat ini tercatat 342 tenaga medis juga jadi korban akibat terinfeksi COVID-19. Hal tersebut tentunya perlu menjadi perhatian saat penanganan pasien COVID-19 yang harus meminimalkan kontak kecuali sangat darurat. Alternatif upaya untuk mengurangi kontak dengan pasien dapat dilakukan dengan pemberdayaan robot yang mampu menggantikan atau membantu petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan terhadap pasien karantina COVID-19. Salah satu tugas petugas kesehatan yang dapat digantikan oleh robot adalah tugas rutin pengantaran makan, obat ataupun alat kesehatan lainnya yang bersifat pelayanan rutin dan tidak darurat. Oleh karena itu, perlu adanya penelitian terkait pengembangan robot semi otomatis sebagai alat bantu petugas kesehatan dalam melayani pasien karantina COVID-19. Kolaborasi multidisiplin sangat penting dalam penciptaan petugas kesehatan yang dibantu robot. Peran pusat pendidikan, perusahaan, penyandang dana, dan tenaga kesehatan sangat dibutuhkan untuk pembuatan robot yang tepat.
Berdasarkan cara pengendaliannya, robot terbagi menjadi 2 jenis yaitu Robot yang dikendalikan (Controlled Robot) dan Robot otomatis (Autonomous Robot). Robot otomatis biasanya beroperasi dalam sebuah lingkungan dengan sebuah kondisi batas tertentu. Salah satu contoh robot otomatis adalah robot sepak bola yang mampu mendeteksi bola dan membawa bola ke gawang secara otomatis. Berbeda dengan robot otomatis, robot yang dikendalikan memiliki sistem lebih sederhana karena sistem lebih terbuka dan tidak banyak informasi umpan balik yang harus diolah. Robot yang dikendalikan memiliki variasi yang cukup luas.
Pembahasan
Pengembangan robot untuk keperluan medis memang menjadi tantangan tersendiri. Mengingat, prosedur dalam kepentingan medis lebih ketat dan lebih sulit dibanding untuk kepentingan lainnya. Beberapa penelitian terkait robot pelayanan kesehatan antara lain terkait dengan perancangan sistem robot pelayanan kesehatan, analisis kestabilan robot saat bergerak, hingga perancangan robot untuk memonitor pasien lansia yang mengidap penyakit demensia. Robot untuk keperluan medis pada dasarnya diharapkan mampu berperan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan terhadap pasien. Tapi, disisi lain robot juga harus mampu berperan untuk memberikan nilai lebih pada investor rumah sakit. Hal tersebut tentunya membuat tantangan pengembangan robot untuk keperluan kesehatan lebih berat dan kompleks.
Pengembangan robot yang relevan dengan penelitian ini memang cukup banyak dilakukan. Salah satunya adalah pengembangan robot untuk aplikasi logistik dalam ruangan. Meskipun masih dalam sebuah konsep, robot tersebut didesain untuk dapat menjalankan fungsi-fungsi pelayanan kesehatan antara lain melayani pengantaran obat atau barang hingga melaksanakan diagnosis yang bersifat tidak invasif.
Penelitian lain terkait pengembagan robot pelayanan kesehatan adalah perancangan dan implementasi robot bantu kesehatan. Pada penelitian tersebut, robot juga difungsikan untuk memberikan pelayanan berupa pengambilan obat pasien sesuai jadwal yang telah ditentukan. Prinsip kerja dari robot tersebut adalah Robot akan membawakan obat ke pasien sesuai jadwal yang telah ditentukan secara otomatis sesuai jalur yang telah ditentukan terlebih dahulu. Robot dilengkapi dengan sensor ultrasonic yang digunakan jika selama perjalanan terdapat halangan. Hanya saja robot tersebut masih memiliki keterbatasan. Karena sifatnya masih sebuah model dan memiliki ukuran kecil, benda yang dapat dibawa oleh robot hanya sekedar obat. Selain itu, jalur robot yang ditetapkan adalah jalur per pasien. Tentunya hal tersebut kurang cocok dan kurang efisien jika digunakan untuk menangani banyak pasien.
Robotic Telepresence
Penggunaan remote presence sebelumnya telah dibuat oleh banyak penulis, diantaranya (1) pembuatan Robot telepresence dengan virtual reality head-mounted display (VR HMD) yang dibandingkan adalah robot telepresence yang dikendalikan oleh tatapan dan tangan dengan tampilan yang dipasang di kepala; (2) robot RP-7 untuk respon yang lebih cepat pada saat situasi kritis di ICU saraf. RP-7 dapat menurunkan Length of Stay (LOS) dan secara signifikan menurunkan biaya pada layanan bedah bariatrik. Pemulangan pasien lebih awal memungkinkan untuk mengisi ulang 60% tempat tidur dalam waktu 3 jam setelah keluar. Hackensack University Medical Center telah memulai protokol untuk menggunakan RP-7 dalam mengurangi LOS dengan keberhasilan awal, sedangkan Ryder Trauma Center di Miami telah menggunakan RP-7 untuk meningkatkan perawatan dan pelatihan di ICU trauma.
Salah satu contoh penggunaan teknologi robot dalam pelayanan penyakit menular adalah desinfeksi permukaan non-kontak ultraviolet (UV) yang dikendalikan oleh robot. Robot ini sangat membantu untuk mendisinfeksi luas permukaan alat di ruang perawatan COVID-19 karena tetesan yang menempel di permukaan benda dapat menjadi media penularan. Virus korona dapat bertahan pada permukaan benda mati — termasuk logam, kaca, atau plastik — selama berhari-hari, dan perangkat sinar UV (seperti PX-UV) efektif dalam mengurangi kontaminasi pada permukaan dengan sentuhan tinggi di rumah sakit. Tapi, panjang UV yang aman harus diperhatikan untuk melindungi lingkungan.
Contoh lain dari penggunaan teknologi robotik dalam perawatan kesehatan adalah robot telepresence. Robot ini berguna untuk memantau tanda-tanda vital pasien, triase, mengevaluasi, memantau, dan merawat pasien dari jarak aman antara petugas kesehatan dan pasien. Selain itu dapat membantu sistem pelayanan kesehatan, memelihara kesehatan masyarakat, dan memberikan pelayanan kesehatan yang lebih efektif dan aman. Hal ini tentunya akan mengurangi beban rumah sakit untuk membayar tenaga kerja manusia dan risiko tertular penyakit menular. Beberapa kendala dalam penggunaan teknologi robot untuk layanan kesehatan darurat dan ICU adalah mahalnya harga robot, penggunaan robot bermanfaat dan kemampuan infrastruktur penggunaan robot belum terbukti secara ilmiah. Hal ini karena menyangkut bentuk lantai bangunan, pintu, dan lain-lain.
Kesimpulan
Pengendalian kasus Covid-19 dapat dilakukan dengan cara menggunakan bantuan tenaga robotik dalam pelayanan kesehatan bagi tenaga medis yang bertugas. Hal ini dapat mengurangi dampak tertularnya tenaga medis dari para pasien yang terjangkit virus Covid-19 tersebut. Diharapkan dengan adanya program robotik ini kedepannya kasus Covid-19 di Indonesia dapat menurun dan bisa beraktifitas normal seperti dulu lagi.