Hnews.id | Indonesia masih memiliki masalah yang tak kunjung usai yaitu kondisi sanitasi yang relatif buruk dan masih tertinggal jauh dari sector pembangunan lainnya. Pada tahun 2017, Indonesia menduduki peringkat ke tiga negara yang memiliki sanitasi yang buruk setelah India dan Tiongkok. Yang menjadi penyebab sanitasi buruk salah satunya adalah kurangnya perhatian pada pelayanan dasar dan belum menjadi prioritas pembangunan di daerah. Kelayakan sanitasi dilihat dari tersedianya air bersih serta tersedianya sarana dan pelayanan pembuangan limbah kotoran manusia. Ketersediaan air bersih dan sanitasi yang layak dapat berguna untuk melindungi lingkungan hidup, manfaat ekonomi, dan manfaat bagi kesehatan manusia.
Sanitasi yang buruk dapat menimbulkan masalah kesehatan yang berasal dari air seperti diare, penyakit kulit, penyakit pencernaan dan penyakit-penyakit lainnya. Untuk itu diperlukan kesadaran masyarakat untuk menjaga kebersihan terutama bagi masyarakat di daerah yang berpenghasilan rendah dan penduduk di daerah kumuh untuk mendorong perubahan.
Di Kalimantan Tengah, tepatnya di Kota Palangkaraya masih memiliki perencanaan pembangunan sanitasi yang lemah, tidak terpadu, salah sasaran tidak sesuai kebutuhan, tidak berkelanjutan serta kurang memperhatikan pada perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) yang menyebabkan terjadinya kondisi sanitasi yang buruk.
Melihat masalah sanitasi yang terjadi di Kota Palangkaraya, Fakultas Teknik Universitas Palangkaraya bekerjasama dengan pemerintah Provinsi Kalteng melalui Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa (BPMDES) Kalteng membuat inovasi tepat guna yang patut untuk dibanggakan dan sejak 2018 inovasi tepat guna ini sudah dipatenkan. Seperti yang disampaikan oleh Dekan FT UPR, Ir Waluyo Nuswantoro ST MT, melalui Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan Tatau Wijaya Garib ST MT menyampaikan, Septer dan RPS ini adalah karya inovasi tepat guna, yang dihasilkan oleh civitas akademika FT UPR, yakni Kepala Laboratorium Hidrolika dan Hidrologi FT UPR Dwi Anung Nindito ST MT, bersama-sama dengan adik-adik mahasiswa dari FT UPR.
Teknologi inovasi septictank terapung (Septer) dan Repeated Processing Septictank (RPS) adalah inovasi tepat guna yang di buat oleh FT UPR dimana fungsi dan penerapan septictank tersebut berbeda. Septer digunakan pada rumah terapung yang terdapat di sepanjang bantaran sungai, sedangkan untuk RPS digunakan pada rumah panggung.
Inovasi tepat guna ini sangat bermanfaat bagi masyarakat Kalimantan Tengah, inovasi tepat guna ini juga menjadi kontribusi nyata pengembangan inovasi teknologi yang dilakukan oleh FT UPR yang membantu untuk mendorong sistem sanitasi dan air bersih serta sistem jamban sehat dan ramah lingkungan.
Rongga angin yang ada pada harmonica yang ketika di tiup dan dihirup akan mengeluarkan bunyi, gaya mekanik pada sistem kerja alat music harmonika menjadi inspirasi ide Dwi Anung untuk membuat inovasi yang muncul saat memperbaiki alat music tersebut. Beliau menilai sistem sanitasi dan air bersih yang terapakan oleh masyarakat di sepanjang bantara sungai itu kurang layak yang menjadi latar belakang dan kepedulian beliau untuk membuat inovasi tepat guna ini.
Inovasi tepat guna ini diharapkan mampu untuk membantu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di Kota Palangkaraya dan mampu mengubah kebiasaan masyarakat untuk sadar akan kesehatan diri sendiri dengan menerapkan pola hidup bersih dan sehat.