Hnews.id | Penyakit Gagal Ginjal Kronik (GGK) merupakan penyakit menahun dan memerlukan perawatan dan pengobatan yang sangat lama. Salah satu terapi yang harus dijalani penderita adalah dengan hemodialisa. Hemodialisa dapat memberikan dampak kepada penderita maupun keluarga. Dampak yang muncul adalah gangguan bio-psiko-sosio-spiritual. Keluarga memiliki peran sebagai pemberi perawatan (caregiver) harus memahami respon yang muncul dari gangguan tersebut.
Keperawatan keluarga harus memperhatikan nilai-nilai yang dimiliki keluarga, karena nilai-nilai tersebut akan mempengaruhi kesehatan keluarga yang bersangkutan. Interaksi antar anggota keluarga dalam kondisi sehat dan sakit dapat mempengaruhi tingkat berfungsinya keluarga. Penyakit yang dialami oleh salah satu anggota keluarga dapat mempengaruhi anggota keluarga yang lain. Pentingnya peran keluarga dalam mendampingi tahapan-tahapan perawatan, mulai dari tahapan peningkatan kesehatan, pencegahan, pengobatan sampai dengan tahap rehabilitasi.
Bila ada salah satu anggota keluarga mengalami masalah kesehatan yang sifatnya kronis, maka keluarga tersebut termasuk ke dalam populasi rentan (vulnerable). Populasi vulnerable (rentan) didefinisikan sebagai kelompok individu yang berisiko lebih besar terhadap kelemahan atau keterbatasan fisik, psikologis, atau kesehatan sosial. Bentuk-bentuk yang digunakan dalam menggambarkan populasi vulnerable antara lain:
- populasi yang kurang mendapat pelayanan
- populasi khusus
- pengobatan yang merugikan
- populasi dengan kemiskinan.
Faktor pencetus tersebut dapat berupa genetik, biologis maupun psikososial. Kerentanan terjadi sebagai akibat dari interaksi faktor internal dan eksternal yang menyebabkan seseorang menjadi rentan mengalami kondisi kesehatan yang buruk.
Salah satu populasi vulnerable adalah penderita GGK (Gagal Ginjal Kronis) yang menjalani terapi hemodialisa. Penderita GGK rentan terhadap munculnya masalah lain seperti kelamahan, keterbatasan, masalah fisik, psikologis maupun sosial bahkan kematian. Penderita GGK yang sedang menjalani terapi hemodialisa butuh perawatan dan pengobatan yang sangat lama dan biaya yang besar. Hal ini tentunya akan berdampak pada pasien dan keluarganya. Penderita GGK yang dirawat dirumah akan memberikan dampak bagi keluarga, sehingga keluarga yang memberikan perawatan akan mempunyai risiko (at risk) terhadap fisik, psikologis, sosial, dan ekonomi.
Komplikasi terapi hemodialisis mencakup hal-hal berikut :
- hipotensi
- emboli udara
- nyeri dada
- pruritus
- gangguan keseimbangan
- dialysis
- kram otot yang nyeri
- mual dan muntah.
Penderita GGK yang sedang dalam perawatan hemodialisa akan mengalami gangguan fisik berupa hipotensi, sakit kepala, kram, gatal-gatal, dan kelelahan pada kaki. Masalah psikologis juga kerap muncul sebagai dampak dari penyakit GGK yang menjalani hemodialisa. Masalah psikologis tersebut adalah:
- depresi
- demensia
- perilaku yang tidak kooperatif
- disfungsi seksual
Dukungan sosial sangat di perlukan bagi pasien GGK yang menjalani hemodialisa. Keluarga dapat memberikan memotivasi kepada pasien agar mematuhi program perawatan dan pengobatan hemodialisa. Dukungan emosional jauh lebih dibutuhkan oleh pasien hemodialisa, karena dukungan melalui pemberian rasa nyaman, keyakinan, kepedulian, dan kecintaan akan mengakibatkan pasien lebih nyaman dan merasa hidupnya lebih berarti.
Keluarga yang merawat (caregiver) dan anggota keluarganya yang menderita GGK hemodialisa, juga terkena dampak yang cukup menyulitkan. Menurut Beandlands et.al (2005) dampak pada keluarga (caregiver) dalam merawat pasien GGK hemodialisa adalah emosional, sosial, fisik, dan keuangan. Secara psikologis respon yang muncul adalah marah, ketakutan, kesal/kecewa, dan depresi. Secara sosial adalah terbatasnya pergaulan dengan lingkungan sekitar, hilangnya privacy, terganggunya pola tidur, dan terbatasnya kegiatan dengan anggota keluarga yang lain. Dampak yang dapat terjadi pada fisik akibat lamanya memberikan bantuan adalah arthritis, hipertensi, penyakit jantung, insomnia, sakit otot, dan kelelahan. Dampak pada ekonomi adalah terjadinya ketidakstabilan keuangan karena hemodialisa memerlukan biaya yang sangat besar.
Selanjutnya terdapat lima kegiatan caregiver yang saling terkait dalam memberikan bantuan pada anggota keluarga yang menderita GGK hemodialisa yaitu : menilai, mengadvokasi, menghibur, memberikan bantuan rutinitas/harian, dan memberikan latihan. Caregiver juga menggambarkan secara khusus tugas-tugasnya termasuk kegiatan terkait dengan dialysis yaitu: mengatur diet/nutrisi, mengetahui pengobatan dan gejala yang ada dan merawat secara pribadi.
Pemerintah memiliki kewajiban dalam memenuhi hak warganya dalam memperoleh kesehatan dan bantuan pembiayaan. Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah dalam bentuk preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif. Program pemberian imunisasi, upaya promosi perilaku hidup bersih dan sehat, pendirian beberapa rumah sakit di daerah serta upaya rehabilitasi bagi penderita yang mengalami penyakit kronis dan disability (kecacatan). Penyakit GGK termasuk penyakit kronis yang memerlukan pelayanan rehabilitasi karena penderita harus menjalani terapi hemodialisa untuk mempertahankan hidupnya.
Caregiver selaku pemberi perawatan di rumah harus memahami prosedur hemodialisa dan dampaknya bagi pasien melakukan hemodialisa setiap pekan atau sesuai instruksi dokter, minum obat yang telah diresepkan, pemeriksaan rutin di laboratorium, pemantauan diet/nutrisi, cairan, berat badan, gejala-gejala GGK seperti oliguri, lemas, tidak nafsu makan, mual, muntah, sesak nafas, gatal, dan pucat/anemia. Apabila perawatan yang dilakukan di rumah tidak sesuai dengan program perawatan dan pengobatan maka akan berdampak bahaya fisik dan psikologis seperti sindroma yang ditandai dengan sekelompok gejala mual, muntah, sakit kepala, hipertensi, agitasi, kedutan, kekacauan mental dan adanya perdarahan.
Terdapat lima kegiatan caregiver yang saling terkait dalam memberikan bantuan pada anggota keluarga yang menderita GGK hemodialisa yaitu :
- menilai, yaitu dengan cara melakukan evaluasi terhadap kemampuan individu yang dirawat dan membuat solusi terhadap permasalahan yang dihadapi anggota keluarga yang sakit (problem solving);
- mengadvokasi, dengan cara memfasilitasi caregiver recipient untuk melakukan interaksi dengan professional care provider;
- menghibur, dilakukan dengan cara mengajak berkomunikasi yang diselingi dengan canda, dan bermain sulap;
- memberikan bantuan rutinitas/harian, dapat dilakukan dengan cara membuat prosedur dan jadwal tetap untuk merawat dan memberi bantuan; dan
- memberikan latihan, dapat dilakukan dengan cara memberikan motivasi, memberikan dukungan, mengajarkan suatu keterampilan, melatih kemampuan, men-support.
Makna dari pengalaman keluarga merawat anggota keluarga yang menjalani terapi hemodialisa adalah meningkatnya rasa syukur (berterima kasih) untuk mendekatkan diri kepada Tuhannya.