Stunting Ancaman Bangsa di Masa Depan

Sumber:qubisa.com/2022

Hnews.id | Stunting adalah satu kata yang masih terdengar asing di sebagian besar masyarakat di Indonesia.

Dilansir dari Kemkes RI, Stunting merupakan masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak yakni tinggi badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya. Bukan hanya terlihat dari fisiknya saja namun stunting juga menyebabkan perkembangan otak anak menjadi terganggu dan juga dapat mendatangkan berbagai penyakit yang dialami anak di masa dewasanya.

Bersumber dari berita yang beredar di media bahwa Indonesia diperkirakan akan mengalami Bonus Demografi pada tahun 2030 mendatang. Menurut Bappenas, pada tahun tersebut jumlah usia produktif bisa mencapai 64% dari total jumlah penduduk sekitar 297 juta jiwa.

Bonus demografi 2030 bisa menjadi momentum Indonesia untuk menjadi negara maju karena berbagai keuntungan yang bisa didapat. Akan tetapi, momentum ini akan terlewatkan begitu saja bahkan akan menjadi ancaman apabila generasi usia produktif pada saat itu mengalami Stunting.

Bagaimana Stunting dapat menjadi ancaman bangsa di masa depan?

Pertanyaan ini dapat di jawab dengan beberapa data yang dilampirkan. Seperti yang disampaikan oleh Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo menyebut angka stunting di Indonesia untuk saat ini masih mencapai 24,4 persen. Angka ini masih berada di atas standar yang ditetapkan oleh WHO yaitu 20 persen.

Pemerintah merencanakan untuk menekan angka stunting menjadi 14% pada tahun 2024.

Ada waktu sebanyak 2 tahun untuk dapat mewujudkan target tersebut. Hal ini berarti per tahunnya Indonesia harus dapat menurunkan prevalensi angka stunting sebanyak minimal 5%.

Lalu apa saja upaya yang dapat dilakukan masyarakat untuk turut serta menurunkan angka stunting tersebut?

1) Pola Makan

Masalah stunting dipengaruhi oleh rendahnya akses terhadap makanan dari segi jumlah dan kualitas gizi, serta seringkali tidak beragam.

Istilah “Isi Piringku” dengan gizi seimbang perlu diperkenalkan dan dibiasakan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi anak-anak dalam masa pertumbuhan, memperbanyak sumber protein sangat dianjurkan, di samping tetap membiasakan mengonsumsi buah dan sayur.

Dalam satu porsi makan, setengah piring diisi oleh sayur dan buah, setengahnya lagi diisi dengan sumber protein (baik nabati maupun hewani) dengan proporsi lebih banyak daripada karbohidrat.

2) Pola Asuh

Stunting juga dipengaruhi aspek perilaku, terutama pada pola asuh yang kurang baik dalam praktek pemberian makan bagi bayi dan Balita berupayalah agar bayi mendapat colostrum dan jug air susu ibu (ASI). Berikan hanya ASI saja sampai bayi berusia 6 bulan.

Setelah itu, ASI boleh dilanjutkan sampai usia 2 tahun, namun berikan juga makanan pendamping ASI. Jangan lupa pantau tumbuh kembangnya dengan membawa buah hati ke Posyandu setiap bulan.

Hal lain yang juga perlu diperhatikan adalah berikanlah hak anak mendapatkan kekebalan dari penyakit berbahaya melalui imunisasi yang telah dijamin ketersediaan dan keamanannya oleh pemerintah. Masyarakat bisa memanfaatkannya dengan tanpa biaya di Posyandu atau Puskesmas.

3) Sanitasi dan Akses Air Bersih.

Perlu membiasakan anak untuk cuci tangan pakai sabun dan air mengalir, serta tidak buang air besar sembarangan.

Pastikan juga rumah memiliki jamban yang memenuhi 7 kriteria jamban sehat sebagai berikut ; (1) Lubang resapan septic tank berjarak minimal 10-15 meter dari sumur atau sumber air minum, (2) Kotoran atau tinja tidak dapat dijamah oleh tikus atau serangga (3) Lantai kedap air dan landai/miring ke arah lubang pembuangan sehingga tidak ada air kotor yang menggenang, (4) Dilengkapi dengan dinding dan atap pelindung serta cukup penerangan, (5) Tersedia ventilasi udara, (6) Tersedia air, sabun dan alat pembersih, (7) Bersihkan lantai dan jamban secara teratur.

Semua upaya yang dilakukan oleh masyarakat akan membuahkan hasil jika adanya upaya dan dukungan dari pemerintah.

Lalu apa saja upaya dari pemerintah untuk turut serta menurunkan angka stunting?

Pemerintah akan memperkuat percepatan penurunan stunting melalui langkah-langkah intervensi. Di antaranya, akan ada langkah intervensi melalui Puskesmas dan Posyandu.

Seperti yang disampaikan oleh Kemenko PMK RI bahwa pemerintah akan memastikan intervensi pencegahan stunting pada perempuan sejak sebelum kelahiran dan sesudah kelahiran. Untuk sebelum kelahiran akan dilakukan program pendistribusian tablet tambah darah (TTD) untuk remaja putri, program tambahan asupan gizi untuk ibu hamil kurang gizi kronik, melengkapi puskesmas dengan USG untuk mempertajam identifikasi ibu hamil.

Kemudian untuk pasca kelahiran juga dilakukan program untuk mendukung pemenuhan konsumsi protein hewani balita, merevitalisasi proses rujukan balita weight faltering dan stunting ke puskesmas dari rumah sakit, serta merevitalisasi, melengkapi, mendegitalisasi alat ukur di seluruh Posyandu.

Semoga upaya dari masyarakat dan pemerintah dapat bersinergi dalam pengurangan angka Stunting demi mewujudkan generasi Indonesia yang berkualitas di masa depan sehingga momentum bonus demografi pada tahun 2030 dapat dimanfaatkan sebaik mungkin.

Related posts