Hnews.id |
Pendahuluan
Risiko adalah keadaan ketidakpastian, dan tingkat ketidakpastian diukur secara kuantitatif. Risiko dapat dibagi menjadi risiko murni dan risiko spekulatif. Risiko murni adalah risiko yang dapat mengakibatkan kerugian, tetapi bukan keuntungan. Risiko spekulatif adalah risiko yang dapat menimbulkan dua kemungkinan, merugikan atau menguntungkan.
Manajemen risiko adalah suatu metode pengorganisasian risiko yang diketahui dan tidak diketahui atau tidak terbayangkan yang akan dihadapi oleh suatu organisasi, yaitu mentransfer risiko kepada pihak lain, menghindari risiko, mengurangi efek negatif dari risiko, dan menantang sebagian atau seluruh konsekuensi dari risiko tertentu. Melalui manajemen risiko diharapkan kerugian akibat ketidakpastian dapat dikurangi atau bahkan dihilangkan untuk menjamin kelangsungan pelayanan khususnya di instalasi farmasi rumah sakit.
Oleh karena itu, rencana manajemen risiko mencakup tugas-tugas seperti mengidentifikasi risiko yang dihadapi, mengukur atau mengukur risiko, menemukan cara untuk menghadapi atau mengatasi risiko, mengembangkan strategi untuk meminimalkan atau mengendalikan risiko, mengoordinasikan penerapan mitigasi risiko, dan mengevaluasi risiko. mitigasi yang telah dikembangkan Program.
Tujuan
Artikel ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan memberikan informasi tentang manajemen risiko pelayanan kesehatan di fasilitas farmasi rumah sakit.
Metode
Metode penulisan ini menggunakan pendekatan tinjauan pustaka, memproses artikel atau jurnal, buku, dan e-book yang relevan dan akurat, dengan fokus pada penggunaan apoteker dalam pemberian layanan. Untuk artikel atau jurnal dan eBook yang diperoleh menggunakan Google Scholar, Scribe.
Pembahasan
1. Mengidentifikasi risiko
Hal-hal yang dapat membahayakan instalasi farmasi antara lain:
- Selama proses perencanaan pengadaan, data yang digunakan berdasarkan pola konsumsi, bukan pola penyakit, sehingga rencana tidak sesuai dengan kebutuhan yang ada.
- Selama proses pembelian, mungkin ada barang kosong di pihak dealer meskipun pasien memang membutuhkan barang tersebut.
- Dalam proses penerimaan barang dari distributor, terdapat resiko barang tidak diperiksa dengan baik kedaluwarsanya.
- Selama penyimpanan, ada risiko bahwa barang tidak akan disimpan pada suhu atau kelembapan yang diperlukan.
- Dalam proses pengalokasian ke unit, terdapat risiko bahwa barang yang dialokasikan tidak sesuai dengan jumlah dan proyek.
- Selama pendistribusian ke pasien, risiko yang mungkin terjadi antara lain: salah membaca tulisan dokter, salah minum obat (LASA, yang terdengar mirip) karena nama atau kemasan yang mirip, salah label (mengganti label obat lain), salah memberikan obat ke pasien yang tidak boleh (misalnya beralih karena nama yang sama), dan memberikan informasi yang salah kepada pasien (misalnya, mengambil obat off-label tanpa terlebih dahulu meminta pasien, menyebabkan informasi yang salah)
2. Menganalisis Risiko
Setelah semua risiko diidentifikasi, ukur kemungkinan dan dampak risiko tersebut. Pengukuran risiko dilakukan setelah mempertimbangkan pengendalian risiko yang ada. Pengukuran risiko dilakukan dengan menggunakan ukuran risiko kualitatif, semi-kualitatif atau kuantitatif, tergantung pada ketersediaan data besaran kejadian dan dampak kerugian yang ditimbulkannya.
3. Mengevaluasi Risiko
Prioritaskan risiko setelah mengukur kemungkinan dan dampaknya. Mulailah dengan risiko yang paling berisiko dan lanjutkan ke yang paling tidak berisiko. Risiko yang tidak termasuk dalam risiko yang dapat diterima/ditoleransi adalah risiko prioritas yang perlu segera ditangani. Setelah memahami tingkat risiko dan prioritas risiko, maka perlu dikembangkan peta risiko. Peta risiko yang dapat dibuat berdasarkan prioritas risiko dari kasus salah pemberian obat kepada pasien adalah sebagai berikut:
- Resi resep (identifikasi pasien, usia, berat badan untuk pasien anak)
- Pembacaan resep (penilaian)
- Input komputer untuk klaim keuangan
- Penciptaan ritual
- Persiapan obat (dispensing)
- Kombinasi ritual dan obat-obatan
- Memberikan informasi kepada pasien saat meracik obat
Menjadi prioritas utama dalam menerima resep, terutama saat membaca resep. Ketepatan juga diperlukan untuk kesesuaian formulir resep dan SEP/Formulir Jaminan Pasien. Berikut adalah langkah-langkah untuk memprioritaskan risiko untuk kasus ini.
4. Menangani Risiko
Risiko yang Tidak Dapat Diterima/Dapat Ditoleransi Segera kembangkan rencana aksi untuk meminimalkan risiko dan kemungkinan dampak dari mereka yang bertanggung jawab untuk mengimplementasikan rencana aksi. Cara menghadapi risiko dalam hal ini adalah dengan mengurangi tingkat kemungkinan risiko dengan menambah/meningkatkan kecukupan pengendalian internal yang ada dalam proses pelayanan kefarmasian, dan memanfaatkan risiko jika tingkat risiko dinilai lebih rendah dari probabilitas. terjadinya peristiwa risiko yang terjadi.
5. Memantau Risiko
Perubahan kondisi internal dan eksternal dapat menimbulkan risiko baru, mengubah kemungkinan/dampak terjadinya dan cara penanganannya. Oleh karena itu, setiap risiko yang teridentifikasi dimasukkan dalam daftar risiko dan perlu dipantau perubahannya dalam peta risiko.
Dalam hal ini, cara pemantauan risiko adalah dengan memberlakukan kembali sistem double cross check antara apoteker dan perawat di poliklinik, sehingga diharapkan kesalahan dalam penyusunan resep, mulai dari penerimaannya, masih dapat diminimalisir. pekerjaan ini. Pendekatan lainnya adalah dengan mensosialisasikan kembali prosedur-prosedur yang ada agar dapat diikuti agar kesalahan tidak terulang kembali.
6. Mengkomunikasikan Risiko
Setiap tahapan kegiatan identifikasi, analisis, evaluasi dan manajemen risiko dikomunikasikan/dilaporkan dengan pihak-pihak terkait atas aktivitas bisnis yang dilakukan perusahaan untuk memastikan bahwa tujuan manajemen risiko dapat tercapai sesuai dengan keinginan pihak-pihak yang berkepentingan. Pemangku kepentingan adalah internal (manajemen, karyawan) dan eksternal (pemasok, pemerintah daerah/pusat, masyarakat).
Kesalahan secara garis besar diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu: kesalahan manusia dan kesalahan organisasi. Human error itu sendiri bisa berasal dari faktor pasien dan faktor tenaga kesehatan. Kesalahan organisasi sendiri sering disebut dengan system error, atau dalam konteks pelayanan kesehatan rumah sakit disebut hospital error.
Pendekatan pada Sistem (Sarana) Pelayanan Kesehatan
Filosofi dari risk management melalui intervensi organisasi dilakukan melalui 5 pendekatan, yaitu:
- Recognition of Organizational Disease;
- Commitment to Produce Results;
- Managing Risk by Objectives;
- Organizational Acceptance; dan
- Staff management.
Untuk mencegah terjadinya KTD dan menskalakan risiko KTD dapat dilakukan berbagai pendekatan terhadap sumber penyebab itu sendiri, baik dari faktor manusia (pasien dan petugas kesehatan) maupun dari aspek organisasi. Dari perspektif organisasi, konsep pendekatan intervensi organisasi terhadap sistem (fasilitas) perawatan kesehatan memerlukan perlakuan khusus, tetapi akan lebih berwawasan ke depan dalam hal mengelola kemungkinan risiko efek samping. Oleh karena itu, akhir-akhir ini manajemen risiko melalui konsep manajemen dalam sistem kesehatan merupakan pendekatan yang banyak dikembangkan.