Hnews.id | Risiko adalah keadaan ketidakpastian, dan tingkat ketidakpastian diukur. Risiko dapat dibagi menjadi risiko murni dan risiko spekulatif. Risiko murni adalah risiko yang dapat mengakibatkan kerugian, tetapi bukan keuntungan. Sedangkan risiko spekulatif adalah risiko yang dapat menimbulkan dua kemungkinan, merugikan atau menguntungkan.
Segala aktivitas yang dilakukan oleh individu atau organisasi/perusahaan juga mengandung risiko. Semakin besar risiko, semakin besar pengembalian yang secara umum dapat dihitung.
Risiko inheren dari tindakan pelayanan kesehatan adalah, dalam pelayanan kesehatan, upaya diukur (inspaning verbintennis) daripada hasil akhir (resultante verbintennis). IFRS merupakan bagian penting dari pelayanan kesehatan. Setiap kegiatan pelayanan yang dilakukan di fasilitas kefarmasian harus melibatkan risiko yang diketahui dan tidak diketahui. Oleh karena itu, melalui manajemen risiko diharapkan kerugian akibat ketidakpastian dapat dikurangi atau bahkan dihilangkan untuk menjamin kelangsungan pelayanan medis khususnya di instalasi farmasi rumah sakit.
Definisi Manajemen Risiko
Manajemen risiko adalah proses mengidentifikasi, mengukur, dan mengembangkan strategi untuk mengelola risiko melalui sumber daya yang tersedia. Strategi yang dapat digunakan antara lain mentransfer risiko kepada pihak lain, menghindari risiko, mengurangi dampak buruk risiko, dan menerima sebagian atau seluruh konsekuensi risiko tertentu.
Oleh karena itu, rencana manajemen risiko mencakup tugas-tugas seperti (1) mengidentifikasi risiko yang dihadapi; (2) mengukur atau mengukur risiko; (3) berusaha mengatasi atau mengurangi risiko; (4) mengembangkan strategi untuk meminimalkan atau mengendalikan risiko; (5) mengkoordinasikan penerapan manajemen risiko dan mengevaluasi rencana manajemen risiko yang telah ditetapkan.
Fungsi utama manajemen risiko
Menurut Djojosoerdarso (2005, p.14), fungsi utama manajemen risiko antara lain:
- Mendeteksi potensi kerugian Ini berarti mencoba mengenali atau mengidentifikasi semua risiko murni yang dihadapi perusahaan.
- Menilai potensi kerugian Artinya menilai dan menilai semua potensi kerugian yang dihadapi perusahaan.
Identifikasi dan Analisis Risiko
Identifikasi risiko adalah proses sistematis dan berkelanjutan untuk mengidentifikasi kemungkinan risiko atau kerugian terhadap aset, kewajiban, dan personel perusahaan. Proses identifikasi risiko ini mungkin yang paling penting karena dari proses ini, semua risiko yang ada atau mungkin terjadi dalam proyek harus diidentifikasi.
Dalam praktiknya, identifikasi risiko dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai teknik, antara lain:
- Brainstorming
- Kuesioner
- Tolok ukur industri
- Analisis skenario
- Lokakarya Penilaian Risiko
- Investigasi insiden
- Audit
- Periksa
- Daftar Periksa
- HAZOP (Studi Bahaya dan Operabilitas)
Setelah risiko teridentifikasi, tahap selanjutnya adalah pengukuran risiko, dengan melihat tingkat keparahan (kerusakan) dari potensi terjadinya dan kemungkinan terjadinya risiko. Menentukan probabilitas suatu peristiwa terjadi sangat subjektif dan didasarkan pada sebab dan pengalaman. Beberapa risiko mudah diukur, tetapi sulit untuk menentukan probabilitas kejadian yang sangat jarang. Oleh karena itu, penting untuk menentukan tebakan terbaik pada tahap ini agar nantinya kita dapat memprioritaskan dengan benar dalam implementasi rencana manajemen risiko.
Pelayanan Farmasi di Klinik
Keduanya merupakan kegiatan pelayanan kefarmasian yang dilakukan oleh apoteker di klinik yang berpusat pada pasien. Selain itu, pelayanan kefarmasian juga dapat disebut sebagai segala pelayanan yang diberikan oleh apoteker untuk meningkatkan penggunaan obat rasional yang aman, tepat dan ekonomis. Apotek klinis adalah pelayanan yang diberikan oleh apoteker di rumah sakit, apotek, perawatan di rumah, klinik, dan di mana pun obat diresepkan dan digunakan.
Tujuan keseluruhan kegiatan farmasi klinik adalah untuk meningkatkan penggunaan obat yang tepat dan rasional, yang berarti:
- Memaksimalkan efek pengobatan, yaitu menggunakan obat yang paling efektif untuk setiap situasi khusus pasien.
- Minimalkan risiko reaksi merugikan dengan memantau pengobatan dan kepatuhan pasien terhadap pengobatan.
- Meminimalkan biaya medis yang harus ditanggung pasien atau pemerintah (ESCP, 2009).
Tujuan Pelayanan Farmasi Klinik:
- menyembuhkan (menyembuhkan penyakit)
- Meringankan gejala pasien (menghilangkan atau mengurangi gejala pasien)
- Memperlambat proses penyakit (menghentikan atau memperlambat proses penyakit)
- Pencegahan penyakit atau gejala penyakit (prevention of disease or gejala)
Tujuan pelayanan apotek klinik adalah untuk mendukung penggunaan obat dan perbekalan kesehatan secara rasial dengan cara:
- Memaksimalkan efek terapi obat (misalnya, menggunakan obat yang paling efektif berdasarkan situasi klinis pasien)
- Meminimalkan risiko/efek samping pengobatan (misalnya dengan memantau pengobatan dan kepatuhan pasien terhadap pengobatan)
- Minimalkan biaya medis
- Hormati pilihan pasien
Tahap Pelayanan Medis
Sebelum meresepkan
- Uji klinis, yaitu tes yang dilakukan oleh dokter terhadap pasien terhadap penyakit.
- Formulasi, yaitu campuran bahan aktif dan bahan lain yang bekerja dalam suatu obat
- Layanan Informasi Obat Layanan informasi obat harus akurat, jelas, dapat dimengerti, akurat, adil, etis, masuk akal, dan tepat waktu, yang penting untuk penggunaan obat yang rasional oleh pasien.
Karakteristik Praktik Pelayanan Farmasi Klinik
- Berpusat pada pasien
- Pasif, melakukan intervensi setelah pengobatan dimulai atau memberikan informasi bila diperlukan
- Bersikap proaktif dan beri tahu dokter Anda sebelum memulai perawatan atau membuat pengumuman informasi obat atau perawatan
- bertanggung jawab atas saran atau tindakan yang diambil
- Menjadi teman dan pendamping dokter
Hambatan untuk kegiatan farmasi klinis dan komunitas
- Kurangnya pengetahuan teknis
- Kurangnya keterampilan komunikasi
- Stres kelompok kerja/ketidaknyamanan kerja
- Kurangnya motivasi dan keinginan untuk berubah
- kurang percaya diri
Kesimpulan
Pelayanan kefarmasian klinik adalah kegiatan pelayanan kefarmasian yang dilakukan oleh apoteker di klinik yang berpusat pada pasien, sesuai dengan konsep pelayanan kefarmasian (pharmacy care), bekerjasama dengan dokter atau tenaga medis lainnya untuk memberikan pelayanan yang dibutuhkan. Di apotek, diterima oleh pasien untuk memastikan penggunaan obat yang aman dan rasional sebelum, selama dan setelah pengobatan. Tahapan pelayanan kefarmasian meliputi tahap pra resep yaitu uji praklinis, formulasi dan pelayanan informasi obat. Peracikan, pemberian obat, evaluasi penggunaan obat, pemantauan khasiat, dan penelitian farmakoekonomi untuk mencapai tujuan pelayanan obat, yaitu mendukung penggunaan obat dan perbekalan kesehatan yang rasional, aman, tepat guna