Hnews.id | Gizi yang tepat, terutama pada 1000 hari pertama kehidupan (HPK), merupakan salah satu kunci utama pencegahan stunting pada anak. Namun, prevalensi stunting di Indonesia masih tinggi, menurut data dari lapangan. Artinya, kecukupan gizi anak Indonesia masih di bawah standar. Stunting adalah keadaan dimana anak di bawah usia lima tahun (bayi di bawah lima tahun) tidak dapat berkembang karena kekurangan gizi kronis, sehingga anak terlalu pendek untuk usianya. Malnutrisi terjadi pada bayi dalam kandungan dan awal setelah lahir, tetapi keterlambatan perkembangan baru terjadi setelah bayi berusia 2 tahun. Balita/Baduta (bayi di bawah usia dua tahun) yang terhambat perkembangannya memiliki tingkat kecerdasan yang lebih rendah, membuat anak lebih rentan terhadap penyakit dan mungkin berisiko mengalami penurunan tingkat produktivitas di masa depan. Pada akhirnya, stunting akan secara luas menghambat pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kemiskinan dan memperlebar ketimpangan.
Stunting merupakan masalah global karena mempengaruhi masa depan bangsa. Indonesia sebagai negara berkembang memiliki angka kejadian stunting yang tinggi. Stunting di Indonesia merupakan ancaman serius yang perlu disikapi dengan baik. Menurut Survei Status Gizi Anak Muda di Indonesia (SSGBI) tahun 2019, prevalensi stunting di Indonesia mencapai 27,7%, yang berarti sekitar seperempat anak di bawah usia lima tahun di Indonesia (lebih dari 8 juta anak) kerdil. Angka itu masih tinggi dibandingkan dengan ambang batas 20% yang ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia. Pada awal tahun 2021, pemerintah Indonesia menargetkan penurunan angka stunting menjadi 14% pada tahun 2024. Presiden Joko Widodo melantik Kepala BKKBN, Dr. (HC). Hasto Wardoyo, Sp.OG. (K) Menjadi CE yang mempercepat penurunan stunting.
Menurut data 2018 angka stunting pada anak di wilayah Kebayoran Baru tergolong tinggi mencapai 17,7 persen, wasting atau gizi kurang 5 persen dan underweight (berat badan kurang) 9,4 persen. Berdasarkan data tersebut maka pada tahun 2019 Puskesmas Kecamatan Kebayoran Baru melakukan inovasi dalam mencegah masalah gizi pada balita yaitu program GALAKSI BIMA SAKTI atau Gerakan Aksi Langkah Ahli Gizi Kebayoran Baru Bersama Kita Cegah Stunting Dengan Komitmen Terintegrasi. Kepala Puskesmas Kecamatan Kebayoran Baru, Tresia Arthati mengatakan program GALAKSI BIMA SAKTI merupakan usaha untuk meningkatkan cakupan keberhasilan program penimbangan, sebagai upaya pencegahan masalah gizi balita di masa yang akan datang. Dengan inovasi BIMA SAKTI ini pengetahuan dan keterampilan kader kesehatan serta orang tua balita tentang informasi kesehatan semakin meningka sehingga angka kasus stunting dapat menurun.
Program BIMA SAKTI terdiri dari kelas SATELIT (satuan tim gerak lincah tanggap), kelas KOMET (kelas informasi agar kader terampil), kelas PLANET (pusat pelatihan dan pengetahuan orang tua), kelas BINTANG (bimbingan dan rehabilitasi anak yang tidak naik timbangannya) dan METEOR (media terpadu dan informatif).
Kursus SATELIT merupakan pertemuan rutin kegiatan antar departemen yaitu Lurah, RW, LMK, RT, PKK dan petugas kesehatan, yang membahas gizi dan kesehatan, dengan tujuan agar kegiatan BIMASAKTI berjalan lancar di daerah.
Kelas KOMET merupakan pertemuan rutin petugas kesehatan di daerah untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petugas dalam membantu mengatasi masalah gizi pada anak.
Kelas PLANET ditujukan untuk orang tua dari anak kecil untuk meningkatkan pengetahuan mereka tentang penambahan berat badan pada anak-anak mereka.
Program BINTANG merupakan kegiatan untuk membantu para orang tua dari balita yang memiliki masalah gizi. Acara dilaksanakan dalam tiga sesi selama tiga bulan, dengan sesi selama 10 hari berturut-turut, dan meliputi pemeriksaan kesehatan anak dan pengukuran antropometri, penyuluhan gizi dan kesehatan, demo masak, pemberian makanan tambahan dan pemantauan asupan anak pada sehari-hari.
Kelas METEOR melaksanakan kegiatan BIMASAKTI dalam bentuk media antara lain Penilaian Status Gizi Piring, Permainan Ular Tangga, Kartu Lomba, Laporan Kesehatan Anak Balita, Kipas Piringku.