Hnews.id | Ada kekhawatiran yang berkembang tentang situasi kesehatan mental di Indonesia. Masalah kesehatan mental telah meningkat selama beberapa waktu sekarang, dan tampaknya hanya akan bertambah buruk karena masyarakat menjadi lebih digital. Prevalensi penyakit mental di masyarakat Indonesia sebagian dapat dikaitkan dengan faktor budaya seperti kepercayaan tradisional tentang gangguan kejiwaan dan stigma yang melekat padanya. Ada juga pengaruh sosial yang berperan; Orang Indonesia cenderung berkomunikasi satu sama lain terutama melalui sarana verbal daripada melalui teknologi yang dapat menimbulkan masalah jika seseorang mengalami krisis emosional atau psikologis tetapi tidak merasa nyaman membicarakannya secara online atau offline.
Indonesia adalah negara berpenduduk dengan lebih dari 260 juta orang, di mana populasinya semakin menua. Sekitar 50 persen penduduk berusia di atas 65 tahun, yang berarti jumlah penderita penyakit neurodegeneratif berkembang pesat. Populasi dengan demensia (penyakit Alzheimer dan bentuk terkait) adalah sekitar 12 persen dari total populasi dan populasi dengan penyakit mental utama, seperti gangguan depresi mayor (MDD), PLoS Neglected Tropical Diseases Editorials
MDD adalah masalah kesehatan masyarakat yang sangat dapat diobati dan dapat dikurangi secara signifikan di seluruh dunia. Di Indonesia, prevalensi MDD diperkirakan sekitar 16 persen. Ini lebih tinggi dari prevalensi di India (7,2 persen), Filipina (7,5 persen), dan Thailand (5,2 persen) dan lebih rendah dari prevalensi di Inggris (22 persen) dan Amerika Serikat (30 persen). Namun, prevalensi MDD di Indonesia masih tinggi dan diproyeksikan meningkat hingga 30 persen pada tahun 2030 seiring dengan bertambahnya usia penduduk.
Tidak ada strategi tunggal yang dapat diadopsi secara universal untuk mengatasi situasi kesehatan mental di Indonesia. Namun, intervensi efektif yang berfokus pada deteksi dini dan pengobatan penyakit mental, peningkatan akses ke perawatan kesehatan mental, dan perluasan jaringan dukungan sosial dapat membantu mengurangi kejadian MDD dan meningkatkan kualitas hidup orang dengan MDD.
MDD adalah penyakit mental yang melemahkan yang mempengaruhi fungsi kognitif dan menyebabkan perubahan suasana hati, pengalaman sensorik, dan tingkat aktivitas. Ini adalah gangguan mental yang paling sering didiagnosis di dunia, mempengaruhi sekitar 30 persen dari populasi.
Di Indonesia, prevalensi MDD diperkirakan sekitar 16 persen. Ini lebih tinggi dari prevalensi di India (7,2 persen), Filipina (7,5 persen), dan Thailand (5,2 persen) dan lebih rendah dari prevalensi di Inggris (22 persen) dan Amerika Serikat (30 persen).
Situasi kesehatan jiwa di Indonesia merupakan masalah kompleks yang memerlukan penanganan yang komprehensif dan terpadu. Masalah kesehatan jiwa sering terjadi di Indonesia, terutama pada penduduk berusia 18 hingga 64 tahun. Seiring dengan faktor demografi seperti bertambahnya usia dan urbanisasi, ada juga berbagai faktor sosial budaya yang berperan dalam prevalensi penyakit mental. Indonesia telah membuat kemajuan yang signifikan dalam perawatan kesehatan mental sektor publik sejak awal 1990-an tetapi masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk mengatasi masalah gangguan kesehatan mental yang meluas di semua sektor masyarakat.
Indonesia adalah rumah bagi lebih dari 260 juta orang dan menurut Organisasi Kesehatan Dunia, Indonesia memiliki populasi dengan pertumbuhan tercepat di dunia. Negara ini juga diproyeksikan menjadi rumah bagi populasi lansia terbesar di dunia. Dengan jumlah penduduk yang begitu besar dan berkembang pesat, tidak mengherankan jika permintaan akan layanan kesehatan mental meningkat.
Ketersediaan layanan kesehatan jiwa di Indonesia masih terbatas, hanya 30% penduduk yang memiliki akses terhadap layanan kesehatan jiwa. Hal ini sebagian disebabkan oleh fakta bahwa layanan kesehatan mental tidak dilihat sebagai prioritas oleh pemerintah dan akibatnya, ada kekurangan dana. Selain itu, layanan kesehatan mental seringkali terbatas pada daerah perkotaan. Daerah pedesaan jauh lebih kecil kemungkinannya untuk memiliki layanan kesehatan mental.
Meskipun kurangnya layanan yang tersedia, ada strategi yang telah dilakukan orang Indonesia untuk mengatasi situasi kesehatan mental. Salah satu strateginya adalah bekerja untuk membangun komunitas yang mendukung kesehatan mental. Hal ini dapat dilakukan dengan menciptakan jaringan sosial yang memberikan dukungan, mempromosikan pemahaman dan penerimaan kesehatan mental, dan meningkatkan akses ke layanan kesehatan mental.
Situasi kesehatan mental di Indonesia terbatas pada ketersediaan dan akses, tetapi ada strategi yang telah dilakukan orang Indonesia untuk mengatasi situasi tersebut. Membangun komunitas yang mendukung kesehatan jiwa merupakan salah satu strategi yang dapat digunakan untuk membantu meningkatkan akses terhadap layanan kesehatan jiwa.