Lokus Stunting di Kabupaten Cianjur

Sumber:stunting.go.id/2022

Hnews.id | Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menunjukkan prevalensi balita stunting di tahun 2018 mencapai 30,8 persen di mana artinya satu dari tiga balita mengalami stunting. Indonesia sendiri, kata dia, merupakan negara dengan beban anak stunting tertinggi ke-2 di Kawasan Asia Tenggara dan ke-5 di dunia.

Stunting adalah masalah gizi kronis akibat kurangnya asupan gizi dalam jangka waktu panjang sehingga mengakibatkan terganggunya pertumbuhan pada anak. Stunting juga menjadi salah satu penyebab tinggi badan anak terhambat, sehingga lebih rendah dibandingkan anak-anak seusianya.

Stunting memiliki gejala-gejala yang bisa Anda kenali, misalnya:

  • Wajah tampak lebih muda dari anak seusianya
  • Pertumbuhan tubuh dan gigi yang terlambat
  • Memiliki kemampuan fokus dan memori belajar yang buruk
  • Pubertas yang lambat Saat menginjak usia 8-10 tahun
  • Anak cenderung lebih pendiam dan tidak banyak melakukan kontak mata dengan orang sekitarnya
  • Berat badan lebih ringan untuk anak seusianya

Cara mencegah stunting :

  • Memahami konsep gizi
  • Pilihan menu beragam
  • Periksa rutin (bagi ibu yang sedang hamil)
  • Pentingnya ASI
  • Konsumsi asam folat
  • Tingkatkan kebersihan
  • Faktor sanitasi

Angka kejadian ini terdapat di wilayah kerja Puskesmas Sukaresmi Kabupaten Cianjur, yang di pimpin oleh Bapak U. Ruhiyat Kusmana S.Kep., Ners dari 7 desa masing-masing  memiliki anak balita yang mengalami stunting, yaitu:

  1. Desa Pakuon : 3 orang
  2. Desa Cikanyere : 2 orang
  3. Desa Sukaresmi : 3 orang
  4. Desa Ciwalen: 6 orang
  5. Desa Kawungluwuk : 6 orang
  6. Desa Cibadak : 4 orang
  7. Desa Rawabelut : 3 orang

Sehingga total angka stunting yang ada di wilayah kerja Puskesmas Sukaresmi totalnya pada tahun 2022 yaitu 27 orang. Ini merupakan tugas semua pihak untuk menangani masalah tersebut mulai dari pencegahan, sampai pengobatan bagi yang sudah terpapar stunting. Adapun upaya yang dilakukan oleh Puskesmas Sukaresmi yang merupakan program Kabupaten Cianjur yaitu:

1. Intervensi gizi spesifik

Sejak konsepsi ibu hamil harus mengkonsumsi tablet besi folat/ gizi mikro. Sesudah bayi sampai umur 6 bulan ibu memberikan ASI secara ekslusif. Selanjutnya ASI harus disertai dengan pemberian makanan pendamping, tabur gizi dan pemberian kapsul vitamin A hingga usía 5 tahun, pemberian obat cacing pada anak usia 1,5 tahun dan penggunaan garam beriodium.

2. Intervensi gizi sensitive (tidak langsung)

Termasuk mempermudah akses pangan yang bergizi, meningkatkan akses air beesih, sanitasi dan perilaku bersih sehat untuk mengurangiinfeksi dan penyakit, pendidikan anak usia dini, keluarga berencana, program perlindungan sosial seperti bantuan tunai , PKH, serta cakupan jaminan kesehatan.

Beberapa kegiatan yang dilaksanakan di lintas sektor:

1. Rembuk Stanting

Adapun upaya yang dilakukan untuk mencegah stunting salah satunya :

Gb.1 Rembuk Stanting

2. Pemberian gizi tambahan untuk ibu hamil                  

Gb.2 Pemberian gizi tambahan untuk ibu hamil

3. Penyuluhan kepada ibu balita tentang gizi seimbang

Gb.3 Penyuluhan kepada ibu balita tentang gizi seimbang

4. Pemberian Vitamin A (setiap bulan Februari dan Agustus)

Gb.4 Pemberian Vitamin A (setiap bulan Februari dan Agustus)

5. Pemberian makanan tambahan untuk ibu KEK

Gb.5 Pemberian makanan tambahan untuk ibu KEK

6. Penyerahan Makanan Tambahan pada Ibu Hamil

Gb.6 Penyerahan Makanan Tambahan pada Ibu Hamil

Angka kasus stunting di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, saat ini masih cukup tinggi, di kisaran 33,7%. Berbagai upaya dilakukan secara lintas sektoral dengan target bisa menurunkan prevalensi angka stunting sebesar 20,23% pada 2024.

Semoga dengan kegiatan-kegitan tersebut dapat menurunkan angka kejadian stunting dikemudian hari.

Related posts