Hnews.id | Berdasarkan data dari Ditjen Kesehatan Masyarakat, Kemenkes Tahun 2022, bahwa jumlah kematian balita pada tahun 2021 sebanyak 27, 566 kematian balita. Penyebab kematian antara lain : pada neonatal (umur 0-28 hari) kematian terbanyak terjadi pada kondisi Berat Badan Lahir Rendah( 34,5%) dan asfiksia (27,8%). pada masa post neonatal (umur 29 hari-11 bulan) Penyakit infeksi merupakan penyebab kematian terbanyak. pada kelompok anak balita (umur 12-59 bulan) Penyebab utama kematian terbanyak adalah diare (10,3%) dan pneumonia sebesar (9,4%). Adapaun penyebab kematian lainnya, yaitu demam berdarah, kelainan kongenital jantung, tenggelam, cedera, kecelakaan, kelainan kongenital lainnya, COVID-19, infeksi parasite.
Dapat dilihat bahwa jutaan bayi dan anak meninggal karena penyakit atau kondisi kegawatan yang sejatinya dapat dicegah dan diobati.Tata laksana yang sesuai pada jam pertama sangat bermakna dalam menurunkan kesakitan dan kematian pada bayi dan anak yang mengalami sakit kritis. Penatalaksanaan kondisi kritis yang mengancam nyawa, apabila dilakukan dengan tepat dapat membantu menurunkan angka mortalitas. Untuk meningkatkan kualitas dalam penangulangan penyakit kritis pada bayi dan anak, maka perlu upaya peningkatan kapasitas tenaga kesehatan baik secara managerial maupun secara teknis medis.
Dalam upaya meningkatkan kapasitas tenaga kesehatan tersebut, setiap dokter dan tenaga medis harus berkompeten untuk mengenali kegawatan pada bayi dan anak yang mengalami sakit kritis, serta mampu melakukan tata laksana awal kegawatan sehingga dapat menyelamatkan lebih banyak penderita. Selain itu diharapkan RS dapat memiliki tim baik dokter dan perawat yang mampu menangani kasus kegawat daruratan pada anak dengan segera.
Sebagai upaya dalam meningkatkan kualitas layanan dalam penaganan kegawat daruratan pada anak, Direktorat Pelayanan Kesehatan Rujukan Bekerjasama Dengan Ikatan Dokter Anak Indonesia, Ikatan Perawat Anak Indonesia dan didukung oleh Unicef melakukan upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan pada anak melalui peningkatkan kapasitas tenaga kesehatan yang bebentuk Tim, terdiri dari dokter spesialis anak, dokter dan perawat. Pada kesempatan ini sebanyak 40 RS berpartisipasi dalam mengukuti upaya penguatan penanganan kegawat daruratan pada anak tersebut yang dibagi menjadi 3 tahap dalam pelaksanaan kegiatan.
Dengan adanya kegiatan ini diharapkan bisa memperkuat keilmuan dan kemampuan tim dalam penangulangan kegawat darurratan pada anak.