Hnews.id | Stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada anak karena penyebab seperti kekurangan gizi, infeksi, atau stimulasi yang tidak memadai. Stunting ditandai dengan kondisi fisik yang sangat pendek dilihat dari standar baku pengukuran tinggi badan menurut usia. Stunting tidak hanya mengakibatkan keterlambatan perkembangan fisik, tetapi juga komplikasi kesehatan seperti gangguan mental dan perilaku, gangguan perkembangan otak, kualitas kesehatan yang buruk, dan risiko penyakit lainnya.
Efek dari stunting umumnya karena asupan gizi yang kurang pada 1000 hari pertama janin hingga anak berusia 2 tahun. Seorang ibu yang sehat dapat melahirkan anak yang sehat. Oleh karena itu, penting dilakukan pemeriksaan kesehatan sedini mungkin yaitu sebelum menikah untuk memantau status kesehatannya dan mencegah stunting pada anak yang lahir kemudian sehingga mengurangi kejadian stunting di Indonesia. Pencegahan menjadi penting karena stunting disebabkan oleh berbagai faktor yang dapat dipicu pada berbagai tahap pertumbuhan, mulai dari sebelum pembuahan, saat pembuahan, selama kehamilan hingga usia balita dan usia sekolah.
Berikut beberapa hal yang dapat Anda lakukan untuk mencegah stunting sebelum menikah:
- Menikahlah di usia yang tepat.
Usia pernikahan yang ideal bagi perempuan adalah minimal 21 tahun. Sementara itu, usia ideal menikah bagi pria minimal 25 tahun. Kehamilan dini sangat mungkin menghadirkan berbagai komplikasi kesehatan seperti risiko kurang gizi, lebih tinggi risiko berat badan lahir rendah, lebih tinggi risiko lahir prematur, lebih tinggi risiko keterlambatan perkembangan, bahkan gangguan kesehatan yang dapat berujung pada kematian yang membahayakan ibu dan janin. Bayi mungkin lahir dengan keterlambatan perkembangan karena ketidakmatangan organ reproduksi wanita.
- Ikuti tes kebugaran.
Idealnya, calon pengantin harus melakukan pemeriksaan fisik minimal 3 bulan sebelum menikah, meliputi pemeriksaan darah, pemeriksaan PMS, pemeriksaan TORCH, dan pemeriksaan organ reproduksi. Ini untuk mendeteksi penyakit yang mungkin berisiko menular ke pasangan Anda sendiri dan bayi Anda yang belum lahir.
- Memenuhi kebutuhan nutrisi.
Memenuhi kebutuhan nutrisi sebelum hamil merupakan hal penting yang harus dilakukan ibu hamil. Nutrisi yang dibutuhkan untuk kehamilan adalah asam folat, zat besi dan kalsium. Asam folat, atau vitamin B9, merupakan nutrisi penting yang dibutuhkan selama kehamilan untuk membantu mengurangi risiko cacat lahir pada otak dan sumsum tulang belakang. Selain itu, tubuh membutuhkan asam folat untuk menghasilkan dan memelihara sel-sel baru serta mencegah bibir sumbing. Pada saat yang sama, kalsium dibutuhkan untuk membangun tulang yang sehat. Suplementasi zat besi dapat mencegah anemia defisiensi besi pada ibu hamil. Selain itu, kekurangan zat besi dapat mengganggu kehamilan dan meningkatkan risiko bayi lahir prematur dan berat lahir rendah, menempatkan mereka pada risiko keterlambatan perkembangan yang lebih tinggi.
- Periksa status gizi.
Sebagai calon ibu, Anda harus memperhatikan status gizi sebelum menikah. Hal ini karena status gizi dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin di masa kehamilan nanti. Kurangnya status gizi sebelum menikah dapat menyebabkan bayi lahir dengan berat badan rendah, yang meningkatkan risiko keterlambatan perkembangan.