Hnews.id | Anemia pada ibu hamil masih menjadi masalah serius di banyak negara, terutama negara berkembang seperti Indonesia. Sebagian besar kasus anemia pada ibu hamil di Indonesia disebabkan oleh kekurangan zat besi. Cakupan suplementasi besi di Indonesia meningkat pada tahun 2020 dibandingkan tahun sebelumnya (Riskesdas, 2020). Keadaan ini tidak sesuai dengan kenyataan yang terjadi di lapangan, menurut (Kulikov & Novikov, 2017) angka anemia pada ibu hamil masih tinggi. Jika tidak segera ditangani, anemia pada masa kehamilan dapat mengancam keselamatan ibu dan janin serta berujung pada kematian ibu (Sulistioningsih, 2018).
Anemia defisiensi besi pada wanita hamil memiliki efek negatif pada ibu dan janin. Wanita hamil dengan anemia berat lebih cenderung memiliki bayi prematur dan berat lahir rendah. Selain itu, meningkatkan kematian perinatal. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia, 40% kematian ibu di negara berkembang terkait dengan anemia selama kehamilan.
Menurut WHO, prevalensi global anemia pada ibu hamil mencapai 38,2%. Wilayah dengan prevalensi anemia tertinggi berada di Afrika, yaitu sebesar 44,6%. Urutan kedua adalah Asia dengan tingkat prevalensi 39,3% (Widyarni & Qoriati, 2019). Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2018) mencatat prevalensi anemia pada ibu hamil di Indonesia meningkat dari tahun 2013 menjadi 37,1% menjadi 48,9% pada tahun 2018. Provinsi Jawa Timur cukup tinggi sebesar 25,3% (Rizki et al., 2015). 21,59% kasus anemia mengakibatkan perdarahan yang menyebabkan kematian ibu.
Pada tahun 2020, Angka Kematian Ibu di Provinsi Jawa Timur mencapai 98,39/100.000 kelahiran hidup, meningkat dari tahun 2019 sebesar 89,91/100.000 kelahiran hidup (Dinkes Jawa Timur, 2020). Kematian Ibu dan Janin (Zavaleta & Astete-Robilliard, 2017) (Tarwoto, 2013).
Gejala anemia dapat dibagi menjadi akut dan kronis:
- Anemia akut menyebabkan sesak napas mendadak, pusing, dan kelelahan.
- Anemia kronis, seperti kekurangan zat besi, di mana gejala muncul secara bertahap dan pasien baru menyadarinya saat kadar sel darah merah sangat rendah
Cara mencegah:
- Makan makanan bergizi dan bernutrisi tinggi setiap hari, terutama makanan yang kaya akan zat besi dan asam folat
- Dapatkan lebih banyak vitamin C, yang membantu tubuh menyerap zat besi lebih efektif dari makanan.
- Minum suplemen. Suplemen yang dianjurkan adalah suplemen zat besi, vitamin B12, dan asam folat. Suplemen dapat diminum pada pagi atau malam hari sebelum tidur untuk mengurangi rasa mual setelah tidur.
Pemeriksaan yang dilakukan:
- Tes hitung darah lengkap. Tes hitung darah lengkap (CBC) dilakukan untuk menentukan jumlah, ukuran, volume, dan jumlah hemoglobin dalam sel darah merah. Dokter dapat memeriksa kadar sel darah merah (hematokrit) dan hemoglobin dalam darah.
- Apusan darah dan triase. Jika hasil pemeriksaan darah lengkap menunjukkan adanya anemia, dokter akan melakukan pemeriksaan lebih lanjut dengan pemeriksaan apusan darah atau tes diferensial yang menghitung jumlah sel darah merah lebih detail. Hasil pemeriksaan tersebut dapat memberikan informasi tambahan dalam diagnosis anemia, seperti bentuk sel darah merah dan adanya sel abnormal, yang dapat membantu diagnosis dan membedakan jenis anemia.
- Jumlah retikulosit. Tes ini membantu mengetahui berapa banyak sel darah merah yang masih muda atau belum matang di dalam darah. Ini juga membantu menentukan diagnosis anemia yang spesifik untuk jenis anemia yang Anda miliki.