Hnews.id | Ketua Fraksi NasDem DPRD DKI Jakarta, Wibi Andrino geram mengetahui nasib para pedagang di TPU Menteng Pulo yang lapaknya digusur tanpa solusi. Padahal, para pedagang tersebut diketahui sudah berjualan puluhan tahun di kawasan tersebut.
“Kami tagih janji Pemprov DKI kepada para pedagang yang lapaknya kini sudah digusur,” kata Wibi dalam keterangannya, Rabu (7/2/2024).
Menurut Wibi, Pemda DKI Jakarta melalui Dinas Pertamanan dan Hutan Kota tidak bisa seenaknya menggusur lapak pedagang sebelum adanya relokasi. Apalagi, keberadaan pedagang sangat membantu bagi masyarakat yang akan berziarah ke makam keluarganya.
Misalnya kata Wibi adalah pedagang kembang, aneh saja bagi dia kalau di TPU, pedagang kembang malah dilarang.
Sekretaris DPW Partai NasDem DKI Jakarta itu berharap, agar pihak terkait secepatnya mencari solusi. Mengingat kasus tersebut sudah terjadi berbulan-bulan tanpa ada perhatian serius dari Pemda DKI.
“Kasihan. Lapak mereka digusur sejak lama tanpa ada relokasi. Sekarang mereka berjualan juga dilarang. Itu sama saja memutus rezeki orang kecil. Saya akan kawal kasus ini,” tegas dia.
Sebelumnya puluhan lapak pedagang yang sehari-hari berjualan di lapangan parkir TPU Menteng Pulo telah dihancurkan sejak November tahun lalu. Alasannya, pihak TPU di bawah Dinas Pertamanan dan Hutan Kota akan melakukan pelebaran dan membangun pedestrian di area lapangan parkir.
Awalnya, sebelum melakukan penggusuran, para pedagang ditawarkan relokasi untuk berjualan. Namun, tawaran itu tidak kunjung terwujud dan lapak malah dihancurkan. Tidak ada satu pun pedagang yang direlokasi oleh pihak TPU.
Supri, salah satu pedagang kembang yang sudah puluhan tahun berjualan harus menelan kenyataan pahit lapaknya dihancurkan. Dia mengaku, tidak ada solusi yang diberikan pihak pengelola TPU terkait penggusuran itu.
Setelah lapaknya dihancurkan, Supri masih coba untuk tetap berjualan. Bila sebelumnya dia berjualan di kios, kini dia jualan menggunakan gerobak.
“Tapi pakai gerobak ternyata juga tidak boleh. Beberapa kali saya jualan di parkiran tetap diusir,” kata Supri.
Namun, karena berjualan kembang adalah mata pencahariannya sejak dulu, Supri tetap nekat. Dia tetap berjualan kembang, meskipun tidak berada di area parkir. Supri menjajakan dagangannya di pinggir jalan sebelum masuk gerbang TPU.
“Tetapi karena sekarang jualan di pinggir jalan. Sekarang masalahnya dengan Satpol PP. Berulang kali saya diusir. Sekarang kalau saya nggak jualan, mau makan apa?” lirih dia. [Nasdem/ary]